Selasa, 15 November 2011

Ayat-ayat Al-Quran

 

Kumpulan Surat Pendek Al-Quran

Quantcast
Al Quran
  1. SURAT AL MAUN
1)      ARA’AITAL LADZI YUKADZIBU BID-DIN
2)      FADZALIKAL LADZI YADU’UL YATIM
3)      WALAI YAHUDDU’ALA TA’AMIL MISKIN
4)      FA WAILUL LIL MURSALLIN
5)      AL LADZINA HU’AN SALATIHIM SAHUN
6)      AL LADZINA HUM YURA’UNA
7)      WU YAMNA’UNAL MAUN
  1. SURAT AL ASRI
1)      WAL ASRI
2)      INNAL INZANNA LAFI KUSRIN
3)      ILLA LADZINNA AMMANU WAAMILUSA LIHATI
4)      WA TAWA SOBIL HAQI
5)      WA TAWA SOBI SOBR
  1. SURAT AL FALAQ
1)      QUL ‘AUDZU BII ROBBIL FALAQ
2)      MIN SYARIMMA KHOLAQ
3)      WA MIN SYARI QHOSIQIN IDZA WAQOB
4)      WAMIN SYARI NAAFATATI FIL UQOD
5)      WAMIN SYARI KHASIDDIN IDZA KHASAD
  1. SURAT AL QURAISY
1)      LI ILLA IFI QURAISYIN
2)      ILLA FIHIM RIHLATASY SYITAI WAS SAIF
3)      FAL YA’BUDU RABBA HADZAL BAIT
4)      ALLADZI AT’AMAHUM MIN JU’IW WA AMMANAHUM MIN KAUF
  1. SURAT AL FIL
1)      ALAM TARA KAIFA FA’ALA RABBUKA BI’AS HABIL FIL
2)      ALAM YAJ’AL KAIDAHUM FI TAD’LIL
3)      WA ARSALA ‘ALAIHIM TAIRAN ABABIL
4)      TARMIHIM BIHIJARATIM MIN SIJJIL
5)      FA JA’ALAHUM KA’AS FIM MA’KUL
  1. SURAT AL LAHAB
1)      TABBAT YADZA ABI LAHABIW WADZAB
2)      MA’AQNA ‘ANHU MALUHU WAMA KASAB
3)      SA YASLANARON ZATA LAHAB
4)      WAMRO ATUHU HAMMA LATAL HATAB
5)      FIJIDIHA HABLUM MIM MASAD
  1. SURAT AN NAS
1)      QUL ‘A’UDZU BII ROBBINNAS
2)      MALIKI NAAS
3)      ILLAHI NAAS
4)      MIN SYARI WAS WSAHIL QONAAS
5)      ALLADZI YUKADZIBU FI ZUDZIRINNAAS
6)      MINNAL JINNATI WA NAAS
  1. SURAT AT TAKATSUR
1)      AL HA KUMUT TAKATSUR
2)      HATTA  SUR TUMUL MAQHOBIR
3)      KHALLA SAUFA TA’LAMUN
4)      TZUMMA KHALLA SAUFA TA’LAMUN
5)      KHALLA LAU TA’LAMUN ILMAL JAHIM
6)      LA TARA WUNAL JAHIM
7)      TZUMA LATARA WUNAHA ‘AINAL YAQIM
8)      TZUMMA LATUS ALLUNA YAUMA IDZIN ‘ANIN NAIM
  1. SSURAT AL ZALZALAH
1)      IDZA ZUL ZILLATIL ARDZU ZIL ZALAHA
2)      WA AKHRO’ JATIL ARDZU ADZ KHOLAHA
3)      WA KHALAL INZANU MALAHA
4)      YAUMA IDZIN TUHADDZITSU ASSYITATAN LIYURA’U ‘AMALAHUM
5)      FAMAN YA’MAL MITS QOLLA DHAROTIN QHAIRON YAROH
6)      WAMAN YA’MAL MITS QOLLA DHAROTIN SYAIRON YAROH.
  1. SURAT AN NASR
1)      ALAM NASRAH LAKA SODROQ
2)      WA MA DLAKNA ANKA WISROQ
3)      ALLADZI ANKHO DZAL DHAHROQ
4)      WA RAFA’NA LAKA DZIKROQ
5)      FA INNA MA’AL USRI USRO
6)      INNA MA’AL USRI USRO
7)      FA IDZA FAROQTHA FANZOB
8)      WA ILLA ROBBIKA FARQOB.
  1. SURAT AL KAUTSAR
1)      INNA ‘AKTOINNA KAL KAUTSAR
2)      FA SHOLI LIROBBIKA WANKHAR
3)      INNA SANNI’AKKA HUWAL AB’TAR
  1. SURAT AL IKHLAS
1)      QUL HUWALLAHU AHAD
2)      ALLOHU SHOMAD
3)      LAM YALID WALAM YULAD
4)      WALAM YAKULAHU KHUFUAN AHAD
  1. SURAT AL KAFIRUN
1)      QUL YA AYYUHAL KAFIRUN
2)      LA’AKBUDZU MATA’BUDZUN
3)      WALA ANTUM ‘ABIDUN NAMA ‘ABUD
4)      WALA ANNA ‘ABIDUN MA’ABADUN
5)      WALA ANNA ‘ABIDUN NAMA ‘ABUD
6)      LAUKM DINUKUM WAL YADIM
  1. SURAT AL QODAR
1)      INNA ANZALNAHU LAILATIL QODAR
2)      WAMA ADROKA MA LAILATUL QODR
3)      LAILATUL QODRI KHAIRUM MIN ALFI SYAHRI
4)      TANAZZALUL MALA IKATU WARRUHU FIHA BI’IZNI RABBIHIM MIN KULLI AMRI
5)      SALAMUN HIYA KHATAMAT LA’IL FAJR

 

Ayat-ayat Al-Quran










Ayat Penggerak



Ayat Berkubu









 
al-Fatihah
الفاتحة

Ayah 1 s.d. Ayah 7
Ayah 1 s.d. Ayah 7






























Al-Quran


Al-Qur’?n (ejaan KBBI: Alquran) adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam memercayai bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril.

Etimologi
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(75:17-75:18)

Terminologi
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"
Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.

Jaminan Tentang Kemurnian Al-Quran dan Bukti-Buktinya
Kemurnian Kitab Al-Quran ini dijamin langsung oleh Allah, yaitu Dzat yang menciptakan dan menurunkan Al-Quran itu sendiri. Dan pada kenyataannya kita bisa melihat, satu-satu kitab yang mudah dipelajari bahkan sampai dihafal oleh beribu-ribu umat Islam.

Nama-nama lain Al-Qur'an
Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:
•    Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2)
•    Al-Furqan (pembeda benar salah): QS(25:1)
•    Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS(15:9)
•    Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(10:57)
•    Al-Hukm (peraturan/hukum): QS(13:37)
•    Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS(17:39)
•    Asy-Syifa' (obat/penyembuh): QS(10:57), QS(17:82)
•    Al-Huda (petunjuk): QS(72:13), QS(9:33)
•    At-Tanzil (yang diturunkan): QS(26:192)    •    Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)
•    Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
•    Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
•    Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
•    Al-Busyra (kabar gembira): QS(16:102)
•    An-Nur (cahaya): QS(4:174)
•    Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
•    Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS(14:52)
•    Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)

Nama lain Al-Qur'an
Langsung ke: navigasi, cari
Al Qur'an, kitab suci agama Islam memiliki banyak nama. Nama-nama ini berasal dari ayat-ayat tertentu dalam Al Qur'an itu sendiri yang memakai istilah tertentu untuk merujuk kepada Al Qur'an itu sendiri.

Nama-nama tersebut adalah:
•    Al-Kitab (buku)
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah [2]:2)
•    Al-Furqan (pembeda benar salah)
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan [25]:1)
•    Adz-Dzikr (pemberi peringatan)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al Hijr [15]:9)
•    Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
•    Asy-Syifa' (obat/penyembuh)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
•    Al-Hukm (peraturan/hukum)
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra'd [13]:37)
•    Al-Hikmah (kebijaksanaan)
Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Israa' [17]:39)
•    Al-Huda (petunjuk)
Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin [72]:13)
•    At-Tanzil (yang diturunkan)
Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS. Asy Syu’araa’ [26]:192)
•    Ar-Rahmat (karunia)
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An Naml [27]:77)
•    Ar-Ruh (ruh)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuura [42]:52)
•    Al-Bayan (penerang)
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3]:138)
•    Al-Kalam (ucapan/firman)
Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah [9]:6)
•    Al-Busyra (kabar gembira)
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl [16]:102)
•    An-Nur (cahaya)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (Al-Qur'an). (QS. An Nisaa' [4]:174)
•    Al-Basha'ir (pedoman)
Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. Al Jaatsiyah [45]:20)
•    Al-Balagh (penyampaian/kabar)
(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14]:52)
•    Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51)

Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar dan Al-‘A?r. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek bahasan tertentu.

Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

•    As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
•    Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
•    Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya
•    Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya

Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf
Penurunan Al-Qur'an
Al-Qur'an tidak turun sekaligus. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an
Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.

Terjemahan
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti dan maksud lainnya.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
1.    Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia, ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002
2.    Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
3.    An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
4.    Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS
Terjemahan dalam bahasa Inggris
1.    The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
2.    The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall
Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:
1.    Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
2.    Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
3.    Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
4.    Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
5.    Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
6.    Al-Amin (bahasa Sunda)

Tafsir
Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.
Adab Terhadap Al-Qur'an
Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.
Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)

Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

Hubungan dengan kitab-kitab lain
Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut. Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:
•    Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
•    Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
•    Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)
•    Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.

Pernyataan Al Qur'an tentang hubungan dengan kitab terdahulu
Berikut adalah pernyataan Al Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut.
Secara eksplisit dalam surah Al-Baqarah ayat ke 2-4 ditegaskan bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa (muttaqin) adalah mereka yang percaya pada al-Qur'an dan wahyu yang diturunkan sebelum al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW. Berikut adalah petikan terjemahan bagian tersebut.
(2)Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,(3)(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(4)dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Pembenar & Ujian
Al Qur'an juga diposisikan sebagai pembenar (mushaddiq) dan batu ujian/verifikator (muhaymin) terhadap kitab-kitab yang lain. Hal ini terdapat pada surah Al-Ma'idah ayat 48 yang artinya :
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

Referensi utama
Dalam Islam dipercayai bahwa setiap bangsa memiliki nabi yang diutus kepada mereka sebagaimana terdapat dalam surat Yunus ayat 47 yang artinya :
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.
Dan bila tiap umat tersebut berselisih mengenai sesuatu hal maka Al Qur'an dapat menjadi hakim atau referensi untuk menerangkan hal-hal yang mereka perselisihkan tersebut. Dalam Al Qur'an mengenai hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam surat An Nahl ayat 63 dan 64 yang artinya:
(63)Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih(64)Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Sejarah yang benar
Maksudnya ialah bahwa Al Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh kaum Yahudi dan Kristen.


________________________________________

Kitab Allah
Kitab All?h (Arab: ???? ????, Kitabullah) adalah catatan yang difirmankan oleh Tuhan kepada para nabi dan rasul. Umat Islam diwajibkan meyakininya, karena mempercayai kitab-kitab selain Al Qur'an sesuai dengan salah satu Rukun Iman.
Dalam firman Allah ayat Al Imraan 3 ayat 4:
“    Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan.[1] Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).    ”
—(Al Imran 3:4)
Kemudian An Nissa 4 ayat 136 dan 163:
“    Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.    ”
—(An Nissa 4:136)
“    Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.    ”
—(An Nissa 4:163)
Tulisan
Tulisan-tulisan firman Allah zaman dahulu dibuat menjadi 2 jenis, yaitu bisa berupa shuhuf (lembaran kecil) dan mushaf. Kata Suhuf pula terdapat di surah al A'laa
“    (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.    ”
—(al A'laa 87:19)
Kedua kalimat itu berasal dari akar kalimat yang sama Sahafa "Menulis". Shuhuf (tunggal: sahifa) berarti sepenggal kalimat yang ditulis dalam material seperti kertas, kulit, papirus dan lain-lain. Mushaf (jamak: masahif) berarti kumpulan shuhuf, yang dibundel menjadi satu.[2]

Shuhuf
Beberapa nabi yang memiliki shuhuf adalah:
•    Adam - 10 shuhuf
•    Syits - 60 shuhuf
•    Idris - 30 shuhuf
•    Ibrahim - 30 shuhuf
•    Musa - 10 shuhuf
Untuk shuhuf Ibrahim dan Musa tercantum didalam firman Tuhan, surah Al A'la dan An Najm, yang berbunyi;
“    Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.    ”
—(Al A’la : 14-19)
“    Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?    ”
—(An Najm : 36-37)

Mushaf
Taurat adalah tulisan berbahasa Ibrani, berisikan syariat (hukum) dan kepercayaan yang benar dan diturunkan melalui Musa. Isi pokok Taurat adalah 10 firman Allah bagi bangsa Israel. Selain itu, Taurat berisikan tentang sejarah nabi-nabi terdahulu hingga Musa dan kumpulan hukum.
“    (Tuhan Allah) telah menurunkan kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang terdahulu dari padanya, lagi menurunkan Taurat dan Injil.    ”
—(Ali Imran: 3)

Zabur (Mazmur)
Zabur berisi mazmur (nyanyian pujian bagi Allah) yang dibawakan melalui Daud yang berbahasa Qibti. Kitab ini tidak mengandung syariat, karena Daud diperintahkan untuk meneruskan syariat yang telah dibawa oleh Musa.
“    Dan kami telah memberi kitab zabur kepada Nabi Dawud.    ”
—(An-Nisa; 163)

Injil
Injil pertama kali ditulis menggunakan bahasa Suryani melalui murid-murid Isa untuk bangsa Israel sebagai penggenap ajaran Musa. Kata Injil sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu euangelion yang berarti "kabar gembira". Injil-injil tidak mempunyai pembahasan sistematis mengenai satu tema atau tema-tema tertentu,[3] meskipun di dalamnya banyak membahas hal kerajaan Surga. Injil yang ada saat ini mengandung firman Allah dan riwayat Isa, yang semuanya ditulis oleh generasi setelah Isa.
“    Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan 'Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.    ”
—(Al-Maa`idah 5:46)

Al-Qur`an
Al-Qur`an merupakan kumpulan firman yang diberikan Allah sebagai satu kesatuan kitab sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat muslim. Menurut syariat Islam, kitab ini dinyatakan sebagai kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, selalu terjaga dari kesalahan, dan merupakan tuntunan membentuk ketaqwaan manusia.
“    Pada bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.    ”
—(Al-Baqarah: 185)
Tampilan Al-Qur`an dianggap unik, karena berupa prosa berirama, puisi epik, dan simfoni dalam keterpaduan teks yang indah. Isi Al-Qur`an juga dianggap unik, berupa paduan filsafat semesta, catatan sejarah, peringatan-peringatan dan hiburan, dasar-dasar hukum, serta doa-doa.
Bagi umat Islam, tidak disyariatkan untuk mempelajari isi Taurat, Zabur, dan Injil yang ada saat ini, karena menurut ajaran Islam, dianggap telah mengandung berbagai tafsiran yang tidak benar[4] dan karena isi kesemua kitab yang masih diperlukan, telah dimasukkan ke dalam kitab Al-Qur`an. Namun tidak diperlukan juga upaya untuk menyerang atau menyalah-nyalahkan isi Taurat, Zabur, atau Injil, karena terdapat ayat-ayat Allah di dalamnya.

Kitab turun pada bulan Ramadhan
Menurut sumber berdasarkan hadits shahih dari Imam Ahmad, kesemua kitab-kitab suci tersebut turun pada bulan Ramadhan, shuhuf Ibrahim turun pada awal malam pertama bulan Ramadhan, Taurat turun pada hari keenam bulan Ramadhan dan Injil pada hari ketiga belas dari Ramadhan.[5] Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan berdasarkan pada salah satu surah didalam Al Qur'an yang berbunyi,
“    Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan atas petunjuk itu, serta pemisah antara haq dan batil.    ”
—(Al Baqarah 2:185)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah menyanjung bulan Ramadhan diatas bulan-bulan yang lain, yaitu dengan memilihnya sebagai bulan dimana kesemua kitab-kitab suci diturunkan di dalamnya.

Janji Allah terhadap orang beriman
Menurut keyakinan ajaran Islam, Allah akan melimpahkan rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang buahnya melimpah ruah, kepada orang yang jujur, lurus dan tidak menyimpang dari kebenaran. Sebagai contoh dalam ayat:
“    Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.    ”
—(Al Maidah 66:5)

Hubungan Al-Qur'an dengan kitab terdahulu
Semua muslim meyakini bahwa adanya wahyu progresif, bahwa wahyu Tuhan berkembang dengan seiring berjalannya waktu dan perbedaan kelompok dari masyarakat. Didalam Al Quran membenarkan tentang adanya larangan bekerja di hari Sabbath dalam Taurat, tetapi Al Quran membolehkan bekerja dan mengesampingkan hal tersebut.
Diawal tahun kenabian Muhammad, sebuah wahyu diberitakan kepadanya,
“    Katakanlah: Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu...    ”
—(Al Maidah 5:68)
Kalimat ini diyakini oleh pemeluk agama Islam bahwa konversi agama lama menjadi agama Islam akan dimulai dengan segala ketulusan hati mengikuti firman dari kita-kitab suci sebelum Al Quran.

Pepatah, Petitih, Mamang, Bidal, Pantu, Gurindam

1.   Anak nalayan mambaok cangkua, mananam ubi ditanah darek. Baban sakoyan dapek dipikua, budi saketek taraso barek.
Beban yang berat dapat dipikul, tetapi budi sedikit terasa berat

  1. Anak ikan dimakan ikan, gadang ditabek anak tenggiri. Ameh bukan perakpun bukan, budi saketek rang haragoi
    Hubungan yang erat sesama manusia bukan karena emas dan perak, tetapi lebih diikat budi yang baik.
  2. Anjalai tumbuah dimunggu, sugi sugi dirumpun padi. Supayo pandai rajin baguru, supayo tinggi naikan budi.
    Pengetahuan hanya didapat dengan berguru, kemulian hanya didapat dengan budi yang tinggi
  3. Alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati.
    Sifat seseorang yang tegas bertindak atas kebenaran dengan penuh bijaksana
  4. Tarandam randam indak basah, tarapuang apuang indak hanjuik.
    Suatu persoalan yang tidak didudukan dan pelaksanaannya dilalaikan.
  5. Anjuik labu dek manyauak, hilang kabau dek kubalo.
    Karena mengutamakan suatu urusan yang kurang penting hingga yang lebih
    penting tertinggal karenanya.
  6. Anguak anggak geleng amuah, unjuak nan tidak babarikan.
    Sifat seseorang yang tidak suka berterus terang dan tidak suka ketegasan
    dalam sesuatu.
  7. Alua samo dituruik, limbago samo dituang.
    Seorang yang mentaati perbuatan bersama dan dipatuhi bersama.
  8. Alang tukang binaso kayu, alang cadiak binaso Adat, alang arih binaso tubuah.
    Seseorang yang pengetahuannya tidak lengkap serta keahliannya tidak cukup
    dalam mengerjakan sesuatu.
  9.  Alat baaluah jo bapatuik makanan banang siku-siku, kato nan bana tak
    baturuik ingiran bathin nan baliku.
    Seseorang yang tidak mau dibawa kejalan yang benar menandakan mentalnya
    telah rusak
  10. Alah bauriah bak sipasin, kok bakiek alah bajajak, habih tahun baganti
    musim sandi Adat jangan dianjak
    Walaupun tahun silih berganti musim selalu beredar, tetapi pegangan hidup
    jangan dilepas.
  11. Adat biaso kito pakai, limbago nan samo dituang, nan elok samo dipakai
    nan buruak samo dibuang.
    Yang baik sama dipakai, yang buruk sama ditinggalkan.
  12. Anak-anak kato manggaduah, sabab manuruik sakandak hati, kabuik tarang
    hujanlah taduah, nan hilang patuik dicari.
    Sekarang suasana telah baik, keadaan telah pulih, sudah waktunya
    menyempurnakan kehidupan.
  13. Anggang nan datang dari lauik, tabang sarato jo mangkuto, dek baik budi
    nan manyam buik, pumpun kuku patah pauahnyo.
    Seseorang yang disambut dengan budi yang baik dan tingkah laku yang sopan,
    musuh sekalipun tidak akan menjadi ganas.
  14. Anjalai pamaga koto, tumbuah sarumpun jo ligundi, kalau pandai bakato
    kato, umpamo santan jo tangguli.
    Seseorang yang pandai menyampaikan sesuatu dengan perkataan yang baik, akan enak didengar dan menarik orang yang dihadapi.
  15. Atah taserak dinan kalam, intan tasisiah dalam lunau, inyo tabang
    uleklah tingga, nak umpamo langgau hijau.
    Seseorang yang menceraikan istrinya yang sedang hamil, adalah perbuatan
    tidak baik.
  16. Aia diminum raso duri, nasi dimakan raso sakam.
    Seseorang yang sedang menanggung penderitaan bathin.
  17. Adaik rang mudo manangguang rindu, adaik tuo manahan ragam.
    Sudah lumrah seorang pemuda mempunyai suatu idaman, dan lumrah seorang yang telah tua menahan banyak karena umurnya.
  18. Alah limau dek mindalu, hilang pusako dek pancarian.
    Kebudayaan asli suatu bangsa dikalahkan oleh kebudayaan lain.
  19. Adat dipakai baru, jikok kain dipakai usang.
    Adat Minang Kabau kalau selalu diamalkan dia merupakan ajaran yang bisa
    berguna sepanjang zaman.

    =B=
  20.  Basuluah mato hari, bagalanggang mato rang banyak.
    Suatu persoalan yang sudah diketahui oleh umum didalam suatu masyarakat.
  21. Baribu nan tidak lipuah, jajak nan indak hilang.
    Satu ajaran yang tetap berkesan, yang diterima turun temurun.
  22.  Bariak tando tak dalam, bakucak tando tak panuah.
    Seseorang yang mengaku dirinya pandai, tetapi yang kejadiannya sebaliknya.
  23.  Bajalan paliharolah kaki, bakato paliharolah lidah.
    Hati-hatilah dalam berjalan begitu juga dalam melihat, sehingga tidak menyakiti orang lain.
  24.  Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang.
    Setiap pekerjaan yang dikerjakan secara bersama.
  25.  Baguru kapadang data, dapek ruso baling kaki, baguru kapalang aja, nan
    bak bungo kambang tak jadi.
    Suatu pengetahuan yang tanggung dipelajari tidak lengkap dan cukup, kurang
    bisa dimamfaatkan.
  26.  Bakato bak balalai gajah, babicaro bak katiak ula.
    Suatu pembicaraan yang tidak jelas ujung pangkalnya.
  27. Bapikia kapalang aka, ba ulemu kapalang paham.
    Seseorang yang mengerjakan sesuatu tanpa berpengetahuan tentang apa yang
    dikerjakannya.
  28. Bak kayu lungga panggabek, bak batang dikabek ciek.
    Suatu masyarakat yang berpecah belah, dan sulit untuk disusun dan diperbaiki.
  29.  Batolan mangko bajalan, mufakat mangko bakato.
    Dalam masyarakat jangan mengasingkan diri, dan bertindak tanpa mufakat.
  30. Bak kancah laweh arang, bapaham tabuang saruweh.
    Seseorang yang besar bicaranya, dan tidak bisa merahasiakan yang patut
    dirahasiakan.
  31.  Bak balam talampau jinak, gilo ma-angguak-anguak tabuang aia, gilo
    mancotok kili-kili.
    Seseorang yang sifatnya terlalu cepat mempercayai orang lain, tanpa
    mengetahui sifat orang lain tersebut.
  32.  Bakarih sikato muno,patah lai basimpai alun ratak sabuah jadi tuah,
    jikok dibukak pusako lamo, dibangkik tareh nan tarandam lah banyak ragi nan barubah.
    Karena banyaknya yang mempengaruhi kebudayaan kita yang datang dari luar,
    kemurnian kebudayaan Adat istiadat mulai kabur dari masyarakat.
  33.  Batang aua paantak tungku, pangkanyo sarang sisan, ligundi disawah
    ladang sariak indak babungolai. Mauleh jokok mambuku, mambuhua kalau manggasan, kalau budi kelihatan dek urang, hiduik nan indak baguno lai.
    Seseorang dalam masyarakat yang telah kehilangan kepercayaan, karena
    tindakannya yang kurang teliti dalam suatu hal. Sehingga kehilangan
    kepercayaan terhadap dirinya.
  34.  Basasok bajarami, bapandam pakuburan, soko pusako kalau tadalami,
    mambayang cahayo diinggiran.
    Kalau ajaran adat dapat didalami dan difahami, serta diamalkan oleh
    masyarakat, maka masyarakat itu akan menjadi tinggi mutunya
  35.  Basasok bajarami, bapandam pakuburan.
    Adalah syarat mutlak bagi satu negri di Minang Kabau
  36.  Bapuntuang suluah sia, baka upeh racun sayak batabuang, paluak pangku Adat nan kaka, kalanggik tuah malambuang.
    Kalau ajaran Adat Minang Kabau benar-benar dapat diamalkan oleh anggota
    masyarakat, maka masyarakat itu akan menjadi masyarakat yang tinggi
    peradabannya dan kuat persatuannya.
  37. Bajalan batolan, bakato baiyo, baiak runding jo mufakat. Turuik
    panggaja urang tuo, supayo badan nak salamaik.
    Hormati dan turuti nasehat Ibu Bapak dan orang yang lebih tua umurnya dari
    kamu, Insya ALLAH hidupmu akan selamat.
  38.  Barakyat dulu mangko barajo, jikok panghulu bakamanakan. Kalau duduak
    jo nan tuo pandai nan usah dipanggakkan.
    Sewaktu duduk bersama orang tua, baiak orang tua umurnya dari kita,
    janganlah membanggakan kepandaian kita sendiri.
  39.  Bakato bapikiri dulu, ingek-ingek sabalun kanai, samantang kito urang
    nan tahu, ulemu padi nan kadipakai.
    Seseorang yang pandai dalam hidup bergaul, dia selalu umpama padi berisi,
    makin berisi makin tunduk, bukan membanggakan kepandaian.
  40.  Banyak diliek jauah bajalan, lamo hiduik banyak diraso. Kalau kito
    dalam parsidangan marah jo duko usah dipakai.
    Didalam duduk rapat dalam suatu persidangan, tidak boleh berhati murung, dan
    tidak boleh bersifat marah.
  41.  Biopari kato ibarat, bijaksano taratik sopan, pacik pitaruah buhua
    arek, itu nan ijan dilupokan.
    Nasehat yang baik jangan dilupakan, pegang erat-erat untuk diamalkan.
  42.  Barieh balabiah limo puluah, nan warieh bajawek juo, kaganti camin
    gujalo tubuah, paukua baying-bayang maso.
    Ajaran Adat kalau didalami dia akan dapat menjadi ukuran kemajuan zaman
    dibidang moral manusia.
  43.  Baitu barieh balabiahnyo, dari luhak maso dahulu, kok tidak disigi
    dipanyato, lipuah lah jajak nan dahulu.
    Tentang Adat Minamg Kabau sebagai kebudayaan daerah kalau tidak dibina dan
    dikembangkan, maka hilanglah kebudayaan yang asli di Minang Kabau, karena
    di- pengaruhi kebudayaan asing.
  44.  Buruak muko camin dibalah.
    Seseorang yang membuat kesalahan karena kebodohannya, tetapi yang
    disalahkannya orang lain atau peraturan.
  45.  Banggieh dimancik, rangkiang disaliangkan.
    Marah kepada satu orang tetapi semua orang yang dimusuhi.
  46.  Barajo Buo Sumpu Kuduih tigo jo rajo Pagaruyuang, Ibu jo bapak pangkanyo manjadi anak rang bautang.
    Kesalahan seorang anak, akan banyak tergantung kepda didikan kedua ibu
    bapaknya.
  47.  Bak cando caciang kapanehan, umpamo lipeh tapanggang.
    Seseorang yang tidak mempunyai sifat ketenangan, tetapi selalu keluh kesah
    dan terburu buru.
  48.  Bak lonjak labu dibanam,umpamo kacang diabuih ciek.
    Seseorang yang mempunyai sifat angkuh dan sombong, sedang dia sendiri tidak
    tahu ukurannya dirinya.
  49.  Bak ayam manampak alang, umpamo kuciang dibaokkan lidieh.
    Seseorang yang sangat dalam ketakutan, sehingga kehidupannya kucar kacir.
  50.  Bak caro tontoang diladang, umpamo pahek ditokok juo barunyo makan,
    urang-urang ditanggah sawah digoyang dulu baru manggariek.
    Seseorang yang tidak tahu kepada tugas dan kewajibannya sehingga selalu
    menunggu perintah dari atasan, tidak mempunyai inisiatif dalam kehidupan.
  51.  Bak sibisu barasian, takana lai takatokan indak.
    Seseorang yang tidak sanggup menyebut dan mengemukakan kebenaran, karena mempunyai keragu-raguan dalam pengetahuan yang dimiliki.
  52.  Bak baruak dipataruahkan, bak cando kakuang dipapikekkan.
    Seseorang hidup berputus asa, selalu menunggu uluran tangan orang lain,
    tidak mau berusaha dan banyak duduk bermenung.
  53.  Bak manjamua ateh jarami, jariah abieh jaso tak ado.
    Pekerjaan yang dikerjakan tanpa perhitungan, sehingga menjadi rugi dan sia
    sia.
  54.  Bak balaki tukang ameh, mananti laki pai maling.
    Menunggu suatu yang sulit untuk dicapai, karena kurang tepatnya perhitungan
    dan ha- rapan yang tak kunjung tercapai.
  55.  Baulemu kapalang aja, bakapandaian sabatang rokok.
    Seseorang yang tidak lengkap pengetahuan dalam mengerjakan sesuatu, atau
    kurang pengetahuannya.
  56.  Bunyi kecek marandang kacang, bunyi muluik mambaka buluah.
    Seseorang yang besar bicara tetapi tidak ada memberi hasil.
  57.  Baguno lidah tak batulang, kato gadang timbangan kurang.
    Pembicaraan yang dikeluarkan secra angkuh dan sombong, tidak memikirkan
    orang lain akan tersinggung.
  58.  Bak bunyi aguang tatunkuik, samangaik layua kalinduangan.
    Seseorang yang tidak bisa bicara karena banyak takut dan ragu dalam
    pendirian.
  59.  Bak itiak tanggah galanggang, cando kabau takajuik diaguang.
    Seseorang yang sangat tercegang dan takjub dengan sesuatu, sehingga tidak
    sadarkan diri sebagai seorang manusia.
  60.  Bungkuak saruweh tak takadang, sangik hiduang tagang kaluan.
    Seseorang yang tidak mau menerima nasehat dan pendapat orang lain, walaupun dia dipihak yang tidak benar sekalipun.
  61.  Bumi sampik alam tak sunyi, dio manjadi upeh racun.
    Biasanya orang yang disebut dalam no.61 diatas menyusah dan menjadi batu penarung.
  62. Bak umpamo gatah caia, bak cando pimpiang dilereng, iko elok etan
    katuju.
    Sifat seorang laki-laki atau perempuan yang tidak mempunyai pendirian dan
    ketetapan hati dalam segala hal.
  63.  Basikelah anggan kanai, basisuruak jikok kanai, tasindoroang nyato
    kanai.
    Sifat yang harus dihindarkan, seorang yang tidak mau bertanggung jawab atas
    segala perbuatannya.
  64.  Budi nan tidak katinjauan, paham nan tidak kamaliangan.
    Seseorang yang tidak mau kelihatan budi, dan selalu hati-hati dalam berbuat
    bertindak dalam pergaulan.
  65.  Bak basanggai diabu dingin, bak batanak ditungku duo.
    Suatu pekerjaan yang sia-sia dan kurang mempunyai perhitungan.


  1.  Bak taratik rang sembahyang, masuak sarato tahu, kalua sarato takuik.
    Seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan penuh ketelitian dan menguasai segala persoalannya.
  2.  Bak galagak gulai kincuang, bak honjak galanggang tingga.
    Seseorang yang berlagak pandai dalam sesuatu, tetapi yang sebenarnya kosong
    belaka.
  3.  Bak ayam lapeh malam, bak kambiang diparancahkan.
    Seorang yang kehilangan pedoman hidup serta pegangan, berputus asa dalam
    sesuatu.
  4.  Bak balam talampau jinak, gilo maangguak tabuang aia, gilo mancotok
    kili kili.
    Seseorang yang mudah dipuji sehingga kalau telah dipuji bisa terbuka segala
    rahasia.
  5.  Bagai kabau jalang kareh hiduang, parunnyuik pambulang tali, tak tantu
    dima kandang nyo.
    Seseorang yang keras kepala tak mau menerima nasehat orang lain, sedangkan
    dia sendiri tak memahami tentang sesuatu.
  6.  Bak umpamo badak jantan, kuliek surieh jangek lah luko, namun lenggok
    baitu juo.
    Seorang yang tidak tahu diri, sudah tua disangka muda, ingin kembali cara
    yang muda.
  7.  Bak ma eto kain saruang, bak etong kasiak dipantai.
    Suatu persoalan yang tidak berujung berpangkal dan tidak ada keputusannya
    dalam masyarakat.
  8.  Barundiang siang caliak-caliak, mangecek malam agak-agak
    Berbicaralah dengan penuh hati-hati dan jangan menyinggung orang lain.
  9.  Bak manungkuih tulang didaun taleh, bak manyuruakan durian masak.
    Suatu perbuatan jahat walaupun bagaimana dia pandai menyembunyikannya,
    lambat laun akan diketahui orang lain juga.
  10.  Bilalang indak manjadi alang, picak-picak indak jadi kuro-kuro. Walau
    disapuah ameh lancuan, Kilek loyang kan tampak juo.
    Setiap penipuan yang dilakukan dan ditutup dengan kebaikan, dia akan
    kelihatan juga kemudian.
  11.  Bak mandapek durian runtuah, bak mandapek kijang patah.
    Seseorang yang mendapat keuntungan dengan tiba-tiba, yang tidak dikira pada
    mulanya.
  12.  Bagai sipontong dapek cicin, bak mancik jatuah kabareh.
    Nikmat yang diperdapat sedang orang yang bersangkutan lupa dari mana asal
    mula- nya,dan menjadikan dia lupa diri.
  13.  Bak kabau dicucuak hiduang umpamo langgau di ikua gajah.
    Seseorang yang selalu menurut kemauaan orang lain, tanpa mengeluarkan
    pendapat hatinya.
  14.  Bak mamaga karambia condong, bak ayam baranak itiak.
    Pengetahuan seseorang yang tidak dapat dimamfaatkan dan berfaedah bagi
    dirinya, tetapi menguntungkan kepada orang lain.
  15.  Bak mangantang anak ayam, umpamo basukek baluik hiduik.
    Suatu masyarakat karena kurang keahlian sulit untuk disusun dan dikoordinir.
  16.  Bak mahambek aia hilia, bak manahan gunuang runtuah.
    Mengerjakan suatu pekerjaan berat yang harus dikerjakan bersama, dikerjakan
    sendirian, dan tidak mempunyai keahlian pula tentang itu.
  17. Bak mancari jajak dalam aia, bak mancari pinjaik dalam lunau.
    Mencari sesuatu yang mustahil didapat, walaupun sesuatu itu ada.
  18.  Bak manatiang minyak panuah, bak mahelo rambuik dalam tapuang.
    Suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan hati-hati dan teliti, karena
    memikirkan akibatnya.
  19.  Bak aia didaun kaladi, bak talua diujuang tanduak.
    Sesuatu yang sulit menjaganya dalam pergaulan, kalau hilang atau jatuh
    hilang semua harapan, seperti kehilang budi dari seseorang.
  20.  Bak manggadangkan anak ula, umpamo mamaliharo anak harimau.
    Seseorang yang didik dari kecil dengan ilmu pengetahuan, tetapi kelak
    setelah dia besar dibalas dengan perbuatan yang jahat.
  21.  Bak aia jatuah ka kasiak, bak batu jatuah ka lubuak.
    Sesuatu persoalan yang diajukan, tetapi dilupakan buat selamnya, yang
    seharusnya perlu lu ditekel dengan segera.
  22.  Bak bagantuang di aka lapuak, bak bapijak didahan mati.
    Seseorang yang mengantungkan nasib pada orang yang sangat lemah ekonomi dan pemikirannya.
  23.  Bak ayam indak ba induak, umpamo siriah indak ba junjuang.
    Suatu masyarakat atau anak-anak yang tidak ada yang akan memimpin atau
    memeli-haranya.
  24.  Bak malapehkan anjiang tasapik, bak mangadangkan anak harimau.
    Seseorang yang ditolong dengan perbuatan baik diwaktu dia dalam kesempitan
    tetapi setelah dia terlepas dari kesulitan, dia balas dengan kejahatan.
  25.  Bak api didalam sakam, aia tanang mahannyuik kan.
    Seseorang yang mempunyai dendam diluar tidak kelihatan, tetapi setelah
    terjadi kejahatan saja baru diketahui.
  26.  Bak tapijak dibaro angek, bak cando lipeh tapanggang.
    Seseorang yang sifatnya tergesa-gesa, berbuat tanpa memikirkan akibat.
  27.  Bak maungkik batu dibancah, bak manjujuang kabau sikua.
    Suatu pekerjaan yang sukar dikerjakan, dan kalau dikerjakan menjadi sia-sia,
    bahkan menimbulkan kesulitan.
  28.  Baban barek singguluang batu, kayu tapikua dipangkanyo
    Suatu pekerjaan yang dikerjakan tetapi tidak ada keuntungan materil yang
    diharapkan (social)
  29. Bak kudo palajang bukik, umpamo gajah paangkuik lado.
    Suatu pekerjaan bersamasalah seorang dari orang yang berjasa dalam pekerjaan
    itu tidak diberi penghargaan sewajarnya.
  30.  Bak banang dilando ayam, bak bumi diguncang gampo.
    Suatu kerusuhan dan kekacauan yang timbul dalam suatu masyarakat yang sulit
    untuk diatasi.
  31. Bak baluik di gutiak ikua, bak kambiang tamakan ulek.
    Seseorang yang mempunyai sifat dan tingkah laku yang kurang sopan dan tidak
    memperdulikan orang lain yang tersinggung karena perbuatannya.
  32. Babana ka ampu kaki, ba utak ka pangka langan.
    Seseorang yang mudah tersinggung dan mudah berkelahi karena hal kecil.
  33.  Baumpamo batuang tak bamiyang, bak bungo tak baduri.
    Seseorang yang tidak mempunyai sifat malu dalam hidup, baik laki 2 dan
    perempuan
100.    Basilek dipangka padang, bagaluik diujuang karieh, kato salalu
baumpamo, rundiang salalu bamisalan.
Pepatah, petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam Adat Minang Kabau,
selalu mempunyai arti yang tersurat dan tersirat ( berkias )

101.    Bakato sapatah dipikiri, bajalan salangkah madok suruik.
Setiap yang akan dikatakan hendaklah dipikirkan lebih dahulu, sehingga
perkataan itu tidak menyinggung orang lain.

102.     Bajalan paliharolah kaki, maliek paliharolah mato.
Menurut adat berjalan dan melihat, bahkan setiap gerak dan perilaku
hendaklah di- awasi, jangan sampai merussak perasaan orang lain.

103.     Bukik putuih rimbo kaluang, dirandang jaguang dihanggusi. Hukum putuih badan tabuang, dipandang gunuang ditangisi.
Seseorang yang berpantun diwaktu dia akan menjalani hukuman karena melawan penjajah Belanda.

=C=
104.     Camin nan tidak namuah kabua, palito nan tidak kunjuang padam.
Ajaran Adat/Syarak di Minangkabau bagaimanapun tetap dicintai dan dihormati oleh masyarakatnya

105.     Cadiak jan bambuang kawan, gapuak nan usah mambuang lamak, tukang nan tidak mambuang kayu.
Dalam pergaulan hendaklah bisa mempergunakan semua orang, jangan dengan
jalan bertindak sendiri, walaupun cukup mempunyai kecerdasan.

106.     Condong jan kamari rabah, luruih manantang barieh Adat.
Didalam pergaulan hendaklah mempunyai pendirian yang kokoh, dan selalu
dijalan yang benar.

107.     Cupak basitalago panuah, undang maisi kandak, bak kain pambaluik tubuah, paralu dipakai tak buliah tidak.
Adat dan Syarak di Minangkabau adalah dua ajaran yang mutlak dipakai dan
diamalkan.

108.    Capek kaki ringan tangan, capek kaki indak panaruang, ringan tangan
bukan pamacah.
Sifat pemuda-pemudi yang terpuji dan dikehendaki oleh Adat dan agama di
Minang kabau. Yakni tangkas dan kesatria tetapi tidak melampaui kesopanan.

109.     Cadiak malam biguang siang, gilo maukia kayu tagak.
Seseorang yang panjang angan-angan, tetapi satupun tak dapat dikerjakannya,
rencana tinggal rencana, mempunyai sifat pemalas.

110.     Cancang tadadek jadi ukia, kuah talenggang ateh nasi.
Suatu pekerjaan yang tidak terduga salah melaksanakannya, tetapi karena
keahliannya dapat menjadi baik.

111.    Cinto banyak parisau ragu, budi manunggu di ulemu, paham babisiak
didalam bathin.
Sifat seseorang yang selalu mengelamun, tetapi tak berani melahirkan maksud
hati.

112.     Caliak anak pandang minantu, mato nan condoang ka nan elok.
Seorang ibu/bapak hendaklah mencari menantunya yang sesuai dengan anaknya
.
113.    Calak-calak ganti asah, pananti tukang manjalang datang, panunggu dukun manjalang tibo.
Seseorang yang dapat bertindak sementara tenaga yang diharapkan dan ditunggu datang, (memberikan pertolongan pertama)

114.     Cabua samo dibuang, usua samo dipamain.
Setiap kita harus menjauhi perbuatan cabul, dan selalulah mempergunakan
informasi dengan sebaik-baiknya.



=D=
115.     Dek ribuik rabahlah padi, dicupak datuak tumangguang, hiduik kalau tidak babudi, duduak tagak kamari tangguang.
Seseorang yang tidak berbudi pekerti yang baik maka hidupnya dalam
masyarakat serba susah dan sukar mendapat teman.

116.     Dicancang pua manggarik andilau.
Seorang membikin malu semua keluarga merasa malu.

117.     Dimudiak tubo dilapeh, dihilia lukah mananti, ditanggah jalo takambang, dilua parangkok makan.
Suatu pekerjaan dalam masyarakat, atau suatu persoalan yang tidak dapat
mengelak- kan diri dari padanya.

118.     Dek ketek taanjo-anjo, lah gadang tabao-bao, lah tuo tarubah tido,
sampai mati manjadi paranggai.
Setiap pekerjaan yang dibiasakan mengerjakannya semenjak kecil baik atau
buruk, sukar untuk merobahnya, bahkan sampai mati tetap akan merupakanpakaian.

119.     Dimano kain kabaju, diguntiang indaklah sadang, lah takanak mangko
diungkai, di- mano nagari namuah maju, Adat sajati nanlah hilang, dahan jo rantiang nan dipakai.
Kamajuan suatu negri di Minangkabau, tidak akan dapat dicapaidengan baik,
kalau kiranya ajaran Adat diamalkan tidak sepenuh hati, atau tinggal sebutan.

120.     Dalam aia buliah diajuak, dalam hati siapo tahu.
Manusia bisa mengetahui yang lahir, yang bathinnya dalam hati manusia hanya Tuhan yang mengetahuinya.

121.     Dimano bumi dipijak, disinan langik dijunjuang, dimano sumua dikali
disinan aia disauak, dimano nagari diunyi disinan Adat dipakai.
Ajaran Adat Minangkabau dapat diamalkan dimana saja, asal pandai
menyesuaikan diri dengan masyarakat yang kita gauli.



122.     Darah samo dikacau, dagiang samo dilapah, tanduak samo ditanam.
Meresmikan penggangkatan atau penobatan suatu jabatan didalam Adat seperti
melantik penghulu.

123.     Dihannyuik ka aia dareh, dibuang katah lakang.
Membuang segala sifat-sifat yang jelek dan meninggalkan segala perbuatan
yang ter- cela, tidak ingin mengulang kembali.

124.     Dibaok ribuik dibaok angin, dibaok pikek dibaok langgau, muluik jo hati kok balain pantangan Adat Minangkabau.
Lain dimulut lain dihati, tidak sesuai kata dengan perbuatan adalah larangan
dalam Adat Minangkabau.

125.     Dikaji Adat nan ampek, itu pusako tanah Minang. Nak tuah cari sapakaik, nak cilako bueklah silang.
Bersatu teguh dan kuat, bercerai dan berpecah belah adalah kelemahan dan
kehancuran.

126.     Ditiliak duduak hukum Adat, ateh bainah nan duo baleh. Sarintiak
kudarat jo iradat, dikurasai soko mangko nyo jaleh.
Untuk memahami dan mendalami ajaran Adat dan filsafatnya perlu menghendaki ketekunnan dan mau memahami arti yang tersirat.

127.     Diatua cupak nan duo, dikaji kato nan ampek, dalam tambolah tasuo,
paham disinan mangko dapek.
Kalu untuk mendalami ajaran Adat dan filsafatnya jangan hanya sekedar
menangapi arti lahir kata, tetapi perlu dipahami arti yang tersirat dibelakangnya.

128.     Dibilang kato nan ampek, partamo kato pusako, sanang hati santoso
tampek, disinan ado raso mardeka.
Kemerdekaan itu baru dapat dirasakan hasilnya apabila pembangunan dibidang
kesejahteraan hidup dan tempat kediaman telah cukup dan selesai.

129.    Dubalang kato mandareh, pagawai kato basipaik, antaro masin jo padeh, disinan raso mangkonyo dapek.
Setelah dibandingkan ajaran Adat Minangkabau dengan Adat Adat lain, maka
disana baru jelas nilainya yang baik.

130.     Dek rajin pandai nan datang, dek malu buruak tasuo, hari pagi mananti
patang, insyaflah diri dengan tubuah.
Ingatlah didalam hidup, muda akan menjadi tua, tua akan kembali kepada
asalnya yakni kembali kepada tanah.

131.     Deta batiak basaluak timbo, pakaian bangsawan rang di Minang. Dek
cadiak niniak nan baduo, dituka bantuak deta datang.
Kebijaksanaan yang baik yang dapat diamalkan dalam pergaulan hidup, menjamin hubungan baik sesama angota masyarakat yang datang dan yang menanti.

132.     Dibukak buhua deta datuak, disamek kain saluak timbo. Kok gapuak lamak tak dibu-ang, dek pandai alam santoso.
Kebijaksanaan dalam pergaulan, pandai menyesuikan diri menimbulkan hubungan yang harmonis sesama anggota masyarakat.

133.     Dibaliak pandakian ado panurunan, dibaliak panurunan ado pandakian.
Dibalik kesusahan ada kemudahan, dibalik penderitaan ada kesenangan.

134.     Ditiliak barieh jo balabeh, jo papatah pakaian rang panghulu. Supayo
budi samo marateh, nak tantu ruweh jo buku.
Kalau budi diamalkan dalam pergaulan, dapat menentukan seseorang baik dan
buruk.

135.     Didalam luhak nan tigo, untuak padoman dalam hiduik, kato kiasan
didalamnyo, indaklah paham kok indak dirunuik.
Ajaran Adat Minangkabau banyak mengandung kiasan dan perumpamaan, tidaklah dapat dipahami kalau tidak benar didalami.

136.     Dimaso tuo mangucambah, bukanlah tuo manyularo, sungguah kasumba alah merah tibo disago nan nyato bana.
Tentang sumber pepatah budi merah sago jadi pilihan, walaupun ada yang merah selain dari sago.

137.    Dimano asa titiak palito, dibaliak telong nan batali, dari mano asa
niniak moyang kito iyo dilereang gunuang marapi.
Orang Minang asal mula keturunannya ialah dilereng gunung merapi Pariangan Padang Panjang.

138.     Diagak mangko diagiah, dibaliak mangko dibalah.
Setiap pekerjaan yang akan dikerjakan hendaklah dipikirkan semasak-masaknya,
dan buatlah rencana kerja.
E=

139.    Elok baso tak katuju, baik baso tak manantu.
Seseorang yang kurang perhitungan dalam pergaulan terlalu royal dengan
kawan.

140.    Elok diambiak jo etongan, buruak dibuang jo mufakaik.
Didalam Adat setiap yang tidak baik, dibuang baik-baik dengan perhitungan
dan musyawarah, begitupun yang baik perlu diambil dengan mufakat.

141.    Elok sairiang jo juru mudi, elok saiyo jo sakato, kok pandai bamain
budi, nan lia jinak malakok.
Kalau pergaulan dilengkapi dengan budi yang baik dan tinggi, segala
kesukaran dapat diatasi.

142.     Elok nan tidak mangalua, gadang nan indak mangatanggah.
Seseorang yang tidak berani mengeluarkan pendapatnya dalam pergaulan.

143.     Elok bak karabang talua itiak, eloknyo tabuang juo, indak babaliak naik
lai.
Orang pandai dan cerdik, tetapi tidak mempergunakan kepandaiannya dan
kecerdasan untuk kepentingan orang banyak.

144.     Elok tungkuih tak barisi, gadak agak tak manyampai.
Seseorang yang lagaknya seperti orang pandai terlalu jelimet tetapi tidak
berhasil
.
145.    Elok nagari dek panghulu, elok tapian dek nan mudo, elok masajik dek
tuanku, elok rumah dek bundo kanduang.
Baik suatu negari karena pimpinannya, begitupun Masjid, tepian karena pemuda pemudi yang tinggi budinya.

=F=
146.    Faham insyaf faham nan haniang, faham sangko didoroang hati.
Keinsyafan yang sungguh datang dari hati akan menimbulkan kecintaan untuk
berbuat kebaikan.

147.     Faham sak barisi antah, faham waham bambao lalai.
Keragu-raguan karena kurang keinsyafan, ia akan membawa kepada kelalaian
dalam suatu pekerjaan yang dilaksanakan.

148.     Faham yakin ulemu tatap, ujuik satu pangang bunta.
Keyakinnan akan membawa ketetapan hati, dan tekun menghadapi sesuatu
pekerjaan.

149.     Faham arieh balawan banyak, faham cadiak maangan urang.
Mempunyai faham yang terlalu arief menimbulkan sak wasangka, dan cerdik yang tidak dengan pengetahuan akan selalu merugikan diri sendiri.

150.     Faham waham mambao lalai, faham mati mangunyah bangkai.
Ragu membawa kelalaian, cemburu buta merugikan diri sendiri.

=G=

151.    Gadang ombak caliak kapasianyo, gadang kayu caliak kapangkanyo.
Menilai seseorang jangan dari pakaiannya, tetapi nilailah dari
pengetahuannya dan budi pekertinya.

152.     Gadang buayo dimuaro, gadang garundang dikubangan.
Seseorang akan berkuasa dalam lingkungan dan bidangnya masing-masing.

153.     Gadang sendok tak mambao, gadang suok tak manganyang, gadang antak indak lalu.
Orang yang besar bicara takabur dan sombong, biasanya tidak sebesar apa yang
di- bicarakannya yang dapat dibuatnya.

154.     Gadang tungkuih tak barisi, gadang galogok tak bamalu.
Seseorang yang berlagak sombong dan angkuh biasanya dia kurang mempunyai
rasa malu.

155.     Galogok kuciang kanaiak, bak mancik palajang atah.
Seseorang yang senantiasa tergesa-gesa dalam setiap pekerjaan, tetapi
hasilnya sangat mengecewakan.

156.    Gadang tungkuih tak barisi, tungkuih elok pangabek kurang.
Seseorang yang bertampang pandai dan pintar, tetapi sebenarnya isi kosong
dari segala-galanya

157.     Gadanglah aia banda baru, nampak nan dari mandi angin. Elok nan usang dipabaru, pado mancari ka nan lain.
Dari pada mencari sesuatu yang baru, lebih baik memelihara dan memperbaiki
yang telah ada.

158.     Gadiang tak ado nan tak ratak, tak ado mingkudu nan tak bagatah.
Sifat tersalah dan lupa itu adalah sifat bagi manusia, kecuali yang qadim
hanya sifat ALLAH.

159.    Gadang jan malendo, panjang jan malindih.
Kalau menjadi orang yang memegang kekuasaan jangan berbuat sekehendak hati.

160.     Gadang kayu gadang bahan, ketek kayu ketek bahannyo.
Berbuatlah dalam masyarakat, baik berkorban dan bekerja sesuai dengan
kemampuan kita masing-masing.

161.     Gadang agiah baonggok, ketek agiah bacacah.
Setiap pembahagian dalam bersama hendaklah disesuaikan dengan hasi yang
diperoleh.

162.     Gayuang basambuik, kato bioso bajawab, himbau basahuti.
Kebaikan orang lain hendaklah dibalas dengan kebaikan dengan ikhlas dan
jujur
.
163.    Gabak dihulu tando kahujan, cewang dilangiek tando kapaneh.
Ada suatu alamat dan tanda-tanda menunjukkan mara bahaya akan datang, atau kerusuhan akan terjadi.

164.    Garuih tak namuah hilang walau nan luko lah sambuah bana.
Suatu kejahatan yang dibuat seseorang yang sulit dilupakan oleh orang
banyak
.
165.    Geleang kapalo bak sipatuang inggok, lonjak bak labu dibanam.
Seseorang yang talen dan gagah yang dibuat-buat karena sombong dan
angkuhnya.

166.    Gadang maimpok, panjang malindieh, laweh nak manyawok.
Sifat seseorang berkuasa yang ingin memperbudak orang lain dalam segala hal.

167.     Guruah patuih panubo limbek, pandan tajamua disubarang, tujuah ratuih carikan ubek badan batamu mangkonyo sanang.
Seseorang yang sakit karena cinta dan rindu kepada sesuatu atau kepada
seseorang, dia akan sembuh kapan dapat bertemu atau tercapai yang
dicintainya.

168.    Gadih panagak ateh janjang, gadih pancaliak bayang-bayang.
Larangan bagi seorang anak gadis di Minangkabau.

169.    Galundi disawah ladang, sarik indak babungo lai, budi kalau nampak dek urang, hiduik indak baguno lai.
Baik laki-laki atau perempuan kalau budi telah kelihatan dalam pergaulan,
sulit untuk dipercaya buat selama-lamanya.

170.     Gilo dimabuak bayang-bayang, gilo maukia kayu tagak.
Seseorang yang selalu hidup dalam khayalan tetapi tak mau berusaha.

171.     Galang dicinto galang buliah, niaik sampai cinto basuo.
Seseorang yang memperoleh nikmat yang selama ini menjadi idamannya.

=H=

172.    Habih sandiang dek bagesoh, habih miyang dek bagisia.
Pergaulan bebas antara muda dan mudi, akan menghilangkan rasa malu antara
dua insan yang berlainan jenis.

173.     Habih bisa dek biaso, habih gali dek galitik.
Pekerjaan yang dilarang oleh adat dan syarak akan merupakan kebiasaan
mengerjakannya, kalau rasa malu telah hilang dari diri seseorang.

174.     Hati gajah samo dilapah, hati tunggau samo dicacah.
Rasa social dalam hidup bergaul, harus melaksanakan pembahagian keuntungan dengan adil melihat kepada keuntungan yang diperoleh sesuai dengan usaha masing masing.

175.     Hawa nan pantang karandahan, nafasu nan pantang kakurangan.
Nafsu itu seperti lautan tak penuh karena air dan sampah.

176.     Hanyuik sarantau sagan badayuang, karano tidak mambao galah. Kanan jo kiri tak malenggong, mudharat mamfaat tak takana.
Seseorang dalam pekerjaannya tidak memikirkan kerugian dan kesakitan orang
lain.

177.     Hati ibo mambao jauah, sayang dikampuang ditinggakan, hati luko
mangkonyo sambuah, tacapai niaik jo tujuan.
Seseorang yang rajin berusaha untuk mencapai cita-citanya, dia belum merasa
puas kalau belum dapat dicapainya.

178.     Hujan batu dikampuang kito, hujan ameh dikampuang urang, walau bak mano misikin misikin awak, bacinto juo badan nak pulang.
Kecintaan seseorang kepada kampung halaman tumpah darahnya, walau senang badan dirantau orang namun kampung teringat juga

179.     Harok diburuang tabang, punai ditangan dilapehkan.
Seseorang yang mengharapkan sesuatu yang belum tentu didapatnya, tetapi dia
telah membuang apa yang dimilikinya.

180.     Hari sahari diparampek, hari samalam dipatigo.
Seseorang yang pandai mempergunakan waktu dalam hidupnya.

181.     Hutang lansai dek babaia, ketek utang dek angsuran.
Hutang wajib dibayar, dan dia akan bertambah kecil kalau tetap diangsur
membayar.

182.     Hulu baiak pandai batenggang, hulu malang salah galogok.
Seseorang akan bahagia kalau pandai bertengang dalam hidup, tetapi bahaya
mudah terjadi kalau tidak mempunyai perhitungan.

183.     Haniang saribu aka, pikia palito hati.
Seseorang yang tenang dalam menghadapi kesulitan akan mudah mengatasi
kesulitan karena pikiran itu pelita hati.

184.     Hukum jatuah sangketo sudah, dandam habih kasumat putuih.
Terciptanya perdamaian dalam masyarakat.

185.     Habih dayo badan talatak, habih paham aka baranti.
Berusahalah sejauh kemampuan yang ada pada kita dalam masyarakat.

186.     Hilang raso jo pareso, habih malo jo sopan, hewan babantuak manusia.
Kalau raso pareso telah lenyap dari seseorang, walaupun hilang sendirinya,
bukan disebut manusia lagi, tetapi hewan yang berbentuk manusia.

187.     Hari baiak dibuang-buang, hari buruak dipagunokan.
Seseorang yang senang tiasa membuang waktu yang baik, dan memakai waktu yang banyak untuk hura hura.

=I=

188.    Iduik batampek, mati bakubua, kuburan hiduik dirumah tanggo, kuburan mati ditanggah padang.
Seseorang harus mempunyai tempat kediaman, dan kalu mati perlu dikuburkan.

189.     Inggok mancakam batang, tabang manumpu dahan.
Perpindahan masyarakat dari suatu negeri kenegeri lain, diperlukan
penyesuaian diri dengan masyarakat yang ditempati.

190.    Ingek-ingek sabalun kanai, bakulimek sabalun habih.
Dalam bergaul perlu ada kehati-hatian jangan sampai berbuat kesalahan.

191.     Iman nan tak buliah ratak, kamudi nan tidak buliah patah.
Ke-Imanan harus dijaga jangan sampai tergelincir, dan kemudian harus dijaga
jangan sampai patah, karena kedua-duanya menjadikan karam seseorang dalam
kehidupan dan kehilangan pedoman.

192.     Isi kulik umpamo lahia, gangam arek pagangan taguah.
Sesuaikanlah kata dengan perbuatan, dan itulah yang harus diamalkan didalam hidup.

193.     Indomo di Saruaso, Datuak Mangkudun di Sumaniak, sabab anak jatuah binaso, ibu bapak nan kurang cadiak.
Kemelaratan dan kesesatan seorang anak adalah disebabkan kelalaian kedua
orang ibu bapaknya.

194.     Ilang tak tantu rimbonyo, hanyuik tak tantu muaronyo.
Sesuatu persoalan yang tidak tentu penyelesaiannya dan hilang begitu saja.

=J=

195.    Jalan dialiah dek rak lalu, cupak dipapek dek rang manggaleh.
Secara tidak disadari kebudayaan asli kita dipenggaruhi oleh kebudayaan dan
adat istiadat asing.

196.     Janji biaso mungkia, titian biaso lapuak.
Peringatan agar jangan mudah berjanji dengan seseorang, hendaklah dikuatkan
kata-kata Insya Allah.

197.     Jan dicampuakan durian jo antimun, jan dipadakekkan api jo rabuak.
Selalulah hati-hati terhadap pergaulan muda mudi, karena pergaulan bebas
akan mengakibatkan rusaknya moral antara keduanya.

198.     Jan taruah bak katidiang, jan baserak bak anjalai.
Setiap yang akan dikatakan hendaklah dipikirkan terlebih dahulu, karena
lidah tidak bertulang, membicarakan orang lain.

199.     Jauah nan buliah ditunjuakkan, dakek nan buliah dikakokkan.
Sesuatu bukti dan keterangan yang dapat dikemukakan dan ditunjukkan dengan nyata.

200.     Jalan pasa nan kadituruik, labuah goloang nan kaditampuah.
Selalulah kita berbuat dan bertindak atas kebenaran dan menurut
undang-undang yang berlaku.

201.     Jatuah mumbang jatuah kalapo, jatuah bairiang kaduonyo. Rusak adaik
hancua pusako habih kabudayaan nan usali.
Kalau tidak hati-hati dan tidak dibina dan dikembangkan kebudayaan asli
(Adat Minagkabau) hancurlah kebudayaan asli kita.

202.     Jikok panghulu bakamanakan, maanjuang maninggikan. Pandai nan usah dilagakkan manjadi takabua kasudahannyo.
Pengetahuan dan kepintaran jangan dibanggakan karena mengakibat hati menjadi takbur jadinya.

203.     Jauah cinto mancinto, dakek jalang manjalang.
Rasa kekeluargaan yang tak kunjung habis, walau jauh dimata tapi dekat
dihati.

204.     Jangek suriah kuliklah luko, namun lenggok baitu juo.
Seseorang yang tidak tahu diri walaupun dia telah jatuh hina karena
perbuatannya, tetapi dia tetap membanggakan diri.

205.     Jan disangko murah batimbakau, maracik maampai pulo, jan disangko murah pai marantau, basakik marasai pulo.
Hidup dirantau orang tidaklah semudah hidup dikampung halaman tempat kita
dilahirkan, karena jauh handai tolan.

206.     Jauah bajalan banyak diliek, lamo hiduik banyak diraso.
Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak pengalaman.

=K=

207.    Kuaik rumah karano sandi, rusak sandi rumah binaso, Kuat bangso karano budi, Rusak budi hancualah bangso.
Ketinggi suatu bangsa akan ditentukan oleh kepribadian bangsa itu sendiri.
Kalau budi bangsanya telah hancur, akibat kehancuran bangsa itu sendiri.

208.     Kilek baliuang lah ka kaki, kilek camin lah ka muko.
Suatu perbuatan dan perkataan yang telah difahami maksud dan tujuannya.

209.     Kalau hari lah paneh lah lupo kacang jo kuliknyo
Melupakan jasa baik orang lain yang pernah menolong kita, Tetapi kapan kita
telah mendapat kesenangan atau yang dicitakan melupakannya.

210.     Kalau karuah aia di hulu sampai ka muaro karuah juo.
Pada umumnya keturunan menentukan corak dan kelakuan yang pernah dimiliki oleh ibu bapaknya.

211.     Kalau kuriak induaknyo rintiak anaknyo.
Ibu bapak yang baik akan melahirkan anak-anak yang baik pula dan sebaliknya.

212.     Kasingka talalu ampang, kapitungguah talampau unjua.
Seseorang yang memiliki pengetahuan serba tanggung sehingga tidak dapat
dimam- faatkannya.

213.     Kato iduik banyawa iduik, kato mati bapambunuahan.
Suatu keterangan yang diberikan ternyata ada kebenarannya, dan suatu
keterangan yang tidak terbukti kebenarannya.

214.     Kuaik katam karano tumpu, kuaik sapik karano takan.
Suatu pekerjaan atau kewajiban yang dikerjakan karena terpaksa, bukan karena
kesadaran.

215.     Ka bukik samo mandaki kalurah samo manurun.
Suatu pekerjaan yang dikerjakan secara bersama dan didorong oleh kesadaran.

216.     Kasuri tuladan kain, kacupak tuladan batuang.
Suatu pekerjaan begitupun tingkah laku dan peranggai yang dapat dicontoh
oleh orang lain.

217.     Kacak langan lah bak langan, kacak batih lah bak batih.
Seseorang yang baru saja mendapatkan suatu nikmat tetapi senantiasa
dipergunakan dengan hati bangga dan sombong.

218.     Kalau tasungkuik pado nan tinggi, jikok basanda pado nan gadang.
Sesuatu perbuatan hendaklah dilandaskan kepada Agama, Adat dan Undang-Undang Pemerintah.

219.    Kato panghulu manyalasai, mandareh kato dubalang. Adaik kok kurang
takurasai, dunia manjadi takupalang.
Ajaran Adat Minangkabau yang sejati kalau tidak diamalkan oleh
masyarakatnya, hilanglah budi didalam diri.





220.     Kalau dek pandang sapinteh lalu, banyak pahamnyo tagaliciak, pandai tak rago dek ba guru, salam tak sampai pado kasiah.
Ajaran Adat tidak dapat dipahami, apalagi untuk diamalkan kalau sekiranya
hanya dengan mendengar pepatah petitih, tampa mendalaminya.

221.     Katiko taimpik nak diateh, katiko takuruang nak dilua, bajalan baduo
nak ditangah bajalan surang nak dahulu.
Pepatah ini mengandung arti: bagaimana sulitnya memimpin masyarakat yang
jiwa-nya sangat kritis dan koreksi.

222.     Kahilia jalan ka Padang, ka mudiak jalan ka Ulakan, kok musuah indak
dihadang, tasuo nan indak ba ilakkan.
Tidak mau bermusuhan dalam hidup bermasyarakat tetapi kalua datang dengan
tiba-tiba tidak pula dielakkan.

223.     Kahilia jalan ka Sumani, sasimpang jalan ka Singkarak, saukua mangko
manjadi, sasuai mangko takanak.
Sesuatu hendaklah dengan musyawarah untuk mufakat. Satu pendapat dan satu tujuan.

224.     Kaduo kato mufakat, sakato urang kasadonyo, elok sapahan sahakikat,
santoso kito salamonyo.
Satu pendapat dan satu gerak, satu tujuan akan melahirkan kesentosaan dan
kebahagiaan dalam masyarakat.

225.     Kaampek kato kamudian, patuik bana kato dicari, taruah naraco jo
katian, paniliak langgam nan tadiri.
Didalam diri manusia yang berpengetahuan dan diamalkannya, ada neraca yang menentukan baik dan buruk.

226.     Kato rajo kato basahajo, kato titah kato balimpahan, dari duo capailah
tigo, jangan sakali disudahi.
Setiap manusia perlu mempunyai cita-cita yang tinggi dan mulia, tetapi harus
dicapai dengan cara ber angsur-angsur.

227.     Kato panghulu manyalasai, kato alim kato hakikat, talamun patuik kito
kakeh, lahia jo bathin nak saikek.
Perlu penggalian adat dan agama Islam secara mendalam , sehingga lahir dan
bathin dapat sesuai.



228.     Kato bapak kato panggaja, kato kalipah dari mamak, mujua indak dapek kito kaja, malang tak dapek kito tulak.
Keuntungan tak dapat dikejar-kejar, begitupun mara bahaya dan musibah tidak
kuasa manusia menolaknya.

229.     Kato guru kato batuah, kato saudaro paringatan, kuncilah bathin jan
taruah, budi nan jan sampai nampak.
Keteguhan bathin menyimpan rahasia seseorang, menjadikan orang yang teguh
ini mulia budinya.

230.     Kato parampuan kato manuruik, mangambiak hati suami, labiahkan rusuah jo takuik, jarek sarupo jo jarami.
Rusuh hati jangan kelihatan, takut paham tergadai, hati-hati dalam berbicara
karena banyak musuh dalam selimut.

231.     Kato adaik pahamnyo aman, malangkapi rukun dengan syarat, kalau elok pegang padoman, santoso dunia jo akhirat.
Ajaran adat dan agama Islam kalau benar-benar diamalkan, menjamin
keselamatan dunia akhirat.

232.     Koroang kampuang didalam jurai, baitu limbago sajak dahulu, dunialah lamo inyo pakai, raso pareso nyolah tahu.
Orang yang tua harus dihormati, karena ketuaannya dia telah banyak merasakan pahit manis dalam kehidupan.

233.     Kalau adaik dalam nagari, bulek sagiliang picak satapiak, sabarek
saringan kasadonyo Urang mulia dalam nagari, muluik manih basonyo baiak, sakati limo nilai haragonyo.
Kemuliaan dalam pandangan adat terletak pada budi baik dan indah bahasanya
seseorang.

234.     Karano indak mambao galah, mananti takadia kasamonyo, mudarat mufaat tak dikana, alamaik binaso kasudahannyo.
Senantiasalah kita dalam hidup bergaul memikirkan mudarat dan mamfaat, agar sentosa hidup bersama. Kalau tidak dipikirkan alamat hidup akan sengsara.

235.     Kato manti kato bahubuang, kato dubalang kato mandareh. Jauhari pandai manyam- buang, nan singkek buliah diuleh.
Orang jauhari bijaksana pandai mencari jalan keluar dalam suatu kesulitan
yang datang secara tiba-tiba.

236.     Kiniko coraklah barubah, alam mardeka lah tabantang, sadang manggali kasajarah usahokan galian dek basamo.
Kemerdekaan telah tercapai, kita harus menggali sejarah kebudayaan bangsa
secara bersama.

237.     Kok alah sampai di hulu, balunlah pulo sacukuiknyo. Dek kokoh niniak
nan dahulu kunci nan limo pambukaknyo.
Nenek moyang di Minangkabau pemikirannya jauh memandang kedepan untuk masa anak cucu, dengan mempergunakan panca indra yang lima.

238.     Kito di alam Minangkabau lah patuik tasintak pulo, katiko balun
talampau elok diru- nuik sitambo lamo.
Sudah masanya sekarang kita mengali dan mengembangkan adat Minangkabau
sebagai rangkaian dari kebudayaan nasional.

239.     Kauak indak sahabih gauang, awai indak sahabih raso, paham pahamnyo nan tak lansuang, batuka tujuan mukasuiknyo.
Adat Minangkabau selama ini tidak pernah mendapat pengalian dan pembinaan, akibatnya banyak orang salah pengertian tentang tujuan adat itu.

240.     Kalau pai tampak pungguang, jikok babaliak tampak muko.
Kalau pergi hendaklah memberi tahu, jika kembali hendaklah memberi khabar.

241.     Kalau indak pandai bakato-kato, bak alu pancukia duri, kalau pandai
bakato-kato bak santan jo tangguli.
Seseorang yang tak pandai berbicara secara baik, sama dengan alu pencongkel
duri tetapi kalau pandai umpama santai dengan tengguli.

242.     Kato papatah caro Minang, patitiah luhak nan tigo. Nan turun dari
Parpatiah nan sabatang, manjadi kato pusako.
Ajaran adat Minangkabau yang disusun oleh Dt. Parpatih nan Sabatang,
merupakan ajaran yang dapat mengikuti perkembangan zaman.

243.     Kito nan bukan cadiak pandai, ulemu di Tuhan tasimpannyo. Kok senteang batolong bilai tandonyo kito samo sabanso.
Kalau dijumpai kekilafan dan kesalahan tolong maaf dan betulkan, karena
khilaf itu sifat manusia, tandanya kita orang satu bangsa.

244.     Kito nan bukan cadiak pandai, hanyo manjawek pituah dari guru. Pituah guru nan di- pakai, nak jadi paham jo ukuran.
Nasehat guru dan pelajaran yang diajarkannya kepada murid, adalah menjadi
pedoman dalam kehidupan.

245.     Kalau ketek dibari namo, urang gadang dibari gala, nak tapek adaik jo
limbago, faham adaik nak nyato bana.
Kalau dapat mendalami ajaran adat kita akan mendapatkan mutiara yang
berharga didalamnya yang berguna untuk hidup bergaul dalam masyarakat.

246.     Kaluah kasah papek nan ampek, sarato anggota katujuahnyo, panca indra mananggu- angkan, batang tubuah marasokan.
Sesuatu perbuatan tanpa pemikiran dan pertimbangan akan menimbulkan
penyiksaan terhadap bathin kita sendiri.

247.     Kalau balaia banakodoh, jikok bajalan jo nan tuo.
Mengerjakan suatu pekerjaan hendaklah dengan yang ahlinya, memasuki suatu
negeri hendaklah dengan orang yang mengetahuinya.

248.     Kuaik dari paga basi, kokoh nan dari paga tembok.
Pagar yang paling kokoh ialah pagar sesuatu dengan budi yang baik.

249.     Kato sapatah dipikiri, bajalan salangkah madok suruik.
Pikirkanlah semasak-masaknya apa yang akan kita sampaikan kepada orang lain
sehingga tidak menyinggung perasaannya.

250.     Karantau madang di hulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu, dirumah baguno balun.
Pergilah merantau kenegeri orang, cari ilmu pengetahuan, serta cari mata
penghidupan, untuk kemudian dibawa dan dikembangkan dikampung halaman.

251.     Kasiah sayang dapek dicari, tampek hati jarang basuo.
Untuk mencari istri paling mudah, yang sulit mencari istri untuk menjadi
teman sehidup semati.

252.     Kalauik riak maampeh, kapulau riak mamutuih, kalau mangauik iyo bana kameh, kalau mancancang iyo bana putuih.
Setiap pekerjaan yang kita kerjakan, begitupun pengetahuan yang kita
pelajari jangan patah ditengah.

253.     Kalau tali kaia panjang sajangka, lauik dalam usah didugo.
Kalau pengetahuan baru seujung kuku jangan dicoba mengurus pekerjaan yang
sulit.





254.     Kulik maia ditimpo bathin, bathin ditimpo galo-galo, dalam lahia ado ba bathin, dalam bathin bahakikat pulo.
Ajaran adat Minangkabau bukan sekedar lahiriyah, tetapi banyak mengandung
arti dan makna yang tersirat, yang menuju kepada mental manusia.

255.     Kacimpuang pamenan mandi, rasian pamenan lalok.
Mimpi itu kebanyakan sesuatu yang terangan-angan diwaktu bangun.   =L=

256.    Lain geleang panokok asiang kacundang sapik.
Gelagat seseorang atau suasana yang menunjukkan tanda-tanda akan terjadi
sesuatu yang tak diingini.

257.     Lah samak jalan kapintu, lah tarang jalan kadapua.
Seorang suami yang tidak kenal lagi pada tugasnya sebagai mamak dari
kemenakan, tetapi semata tahu kepada si istri saja.

258.     Limpato batang sitawa, digulai cubadak mudo, lah biaso kito tasalah,
karano pangana indak sakali tibo.
Kekilafan dan kesalahan adalah sifat seorang manusia, karena pemikirannya
tidak secara serentak.

259.     Lauik gadang kalau dihadang, sadiokan sampan jo pandayuang.
Hiduik didunia mangupalang, sagalo karajo kamari cangguang.

260.    Limpapeh rumah nan gadang, umbun puruik pegangan kunci.
Kaum wanita di Minangkabau adalah merupakan tiang kokoh diatas rumah tangga dan nageri, dan kunci tentang kebaikan dan keburukan suatu negeri.

261.     Lauik banyak nan sati, rantau banyak nan batuah.
Kalau pergi berjalan kerantau orang hendaklah pandai menyesuaikan diri dalam
pergaulan.

262.     Lah bacampua lamak jo galeme, indak babedo sadah jo tapuang.
Dalam suatu masyarakat tidak ada lagi batas-batas dalam pergaulan menurut
norma adat dan agama.

263.     Lahia jo bathin saukuran, isi kulik umpamo lahia.
Seseorang yang baik dan jujur sesuai kata dan perbuatannya.

264.     Labuah luruih jalannyo pasa jan manyipang suok jo kida.
Sudah aturan dan undang-undang dan sudah cukup norma adat dan agama, jangan menyimpang dari itu.

=M=

265.    Mumbang jatuah kalapo jatuah, indak babedo kaduonyo.
Setiap yang bernyawa akan menemui ajalnya baik tua ataupun muda, kecil dan
besar.

266.     Malabihi ancak-ancak, mangurangi sio-sio.
Setiap pekerjaan hendaklah pertengahan, jangan berlebih-lebihan, begitupun
dalam tingkah dan laku.

267.     Mukasuik hati mamaluak gunuang, apo dayo tangan indak sampai.
Seseorang yang mempunyai cita-cita tinggi, tetapi tidak ada kemampuan untuk
mencapainya.

268.     Mancabiak baju didado, manapuak aia didulang.
Seseorang yang berbicara tetapi tidak disadarinya bahwa dia telah memberi
malu diri dan keluarganya sendiri.

269.     Malakak kuciang didapua, manahan jarek dipintu.
Perbuatan seseorang yang tidak baik yang dilakukan kepada keluarga sendiri.

270.    Mancari dama ka bawah rumah, mamapeh dalam balanggo.
Mencari keuntungan kedalam lingkungan anak kemenakan sendiri.

271.     Mairikkan galah jo kaki, manjulaikan aka bakeh bagayuik, malabiahkan
lantai bakeh bapinjak.
Seseorang yang ingin menjadikan orang lain tersalah, dengan jalan anjuran
dan petunjuknya.

272.     Mandapek samo balabo, kahilangan samo barugi.
Rasa social dan kerja sama yang baik yang harus diamalkan dalam pergaulan.

273.     Manyauak di ilia-ilia, bakato dibawah-bawah.
Bergaul dalam masyarakat, begitupun dirantau orang hendaklah merendahkan
diri.

274.     Mancaliak jo suduik mato, bajalan di rusuak labuah.
Seseorang yang telah merasa malu, karena perbuatan yang tidak benar telah
diketahui orang.

275.     Mancaliak tuah ka nan manang, maliek contoh ka nan sudah, manuladan ka nan baik.
Selalulah kita melihat hasil yang baik dan dapat pula kita laksanakan, yakni
yang telah positif baik.

276.     Mamakai hereang jo gendeang, mamakai raso jo pareso.
Seseorang yang memakai perasaan malu dan mempunyai kesopanan yang baik.

277.     Muluik manih talempong kato, baso baiak gulo dibibia.
Seseorang yang berbicara dengan lemah lembut dan baik susunan bahasanya.

278.     Maliang cilok taluang dinding, tikam bunuah padang badarah. Ibo di adat katagiliang turuikkan putaran roda.
Kebudayaan asli jangan sampai hilang, sesuaikan diri dan aturan adat beradat
serta istiadat dengan kemajuan.

279.     Malu batanyo sasek dijalan, sagan bagalah hanyuik sarantau.
Seseorang yang tidak mau bertanya tentang suatu pekerjaan yang tidak/belum
dike Karena ajaran adat itu pada umumnya berkiasan, tidak mudah dipahami
tanpa diketahuinya akan mengalami kesulitan.

280.     Minangkabau dahulunyo, Adaiknyo tuah disakato, kalau dipandang
kato-kato, dipahamkan makonyo nyato. dida lami sungguh-sungguh.

281.    Maniah nan jan lakeh di raguak, pahik nan jan lakeh di luahkan.
Sesuatu pelajaran dan pengetahuan dari orang lain pikirkan dahulu
semasak-masaknya, benar atau tidaknya.

282.     Mati harimau tingga balang, mati gajah tingga gadiang.
Manusia mati hendaknya meninggalkan jasa yang baik untuk anak dan keluraga seta masyarakat.

283.     Mati samuik karano manisan, jatuah kabau dek lalang mudo.
Biasanya manusia itu banyak terpedaya oleh mulut manis dan budi bahasa yang baik.

284.     Marangkuah tungua ka dado, maraiah suatu ka diri.
Setiap suatu yang dirasakan oleh orang lain hendak dapat dirasakan oleh kita
sendiri

285.     Mampahujankan tabuang garam, mampaliakkan rumah indak basasak.
Seseorang yang membukakan aibnya sendiri kepada oaring lain.

286.     Manjujuang balacan dikapalo, mangali-gali najih dilubang.
Seseorang yang senang membukankan aib orang lain.

287.     Managakkan banang basah, manaiakkan banda sundai.
Seseorang yang menolong orang lain, sedang orang lain itu dipihak yang tidak
benar.

288.     Musang babulu ayam, musuah dalam salimuik
Seseorang yang berpurak menolong dan berpihak kepada kita, tetapi dia
sebenarnya ingin mengetahui pendirian kita dan musuh kita.

289.     Manusia manahan kieh, binatang Manahan palu.
Manusia yang sempurna selalu mengetahui kata-kata kiasan di Minangkabau.

290.     Murah kato takatokan, sulik kato jo timbangan.
Berbicara sangat mudah, tetapi sulit memelihara perkataan yang akan
menyinggung perasaan orang lain.

291.     Marabah sadundun dengan balam, sikok barulang pai mandi, sambah
sadundun jo salam, kato harok dibinisi.
Biasanya dalam pergaulan hidup, Tanya diberi kata berjawab, gayung
bersambut.

=N=

292.    Nan kuriak iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyo budi, nan indah iyo lah baso.
Yang paling berharga dalam kehidupan bergaul adalah budi pekerti yang baik,
serta sopan santun.

293.     Nak urang koto hilalang, nak lalu kapakan baso, malu jo sopan kok nyo
hilang, habih lah raso jo pareso.
Kalau sifat malu telah hilang dalam diri seseorang, hilang segala perasaan
sopan santun.

294.     Nan bungkuak dimakan saruang, nan bengkok dimakan tali.
Setiap sifat dan tindak tanduk yang tidak jujur dan benar, akan senantiasa
ada ganjarannya (hukum karma)

295.     Nan luruih katangkai sapu, nan bungkuak katangkai bajak, satampok
kapapan tuai, nan ketek kapasak suntiang, panarahan kakayu api, abunyo kapupuak padi.
Didalam ajaran adat tidak ada bahan yang tidak berguna, tidak ada orang yang
tidak dapat dimamfaatkan.

296.     Nan buto pahambuih lasuang, nan pakak pamasang badia, nan lumpuah pahunyi rumah, nan patah pangajuik ayam, nan bingguang kadisuruah-suruah, nan cadiak bao baiyo, nan kayo bakeh batenggang.
Semua orang dapat dimamfaatkan, mulia hina, kaya dan miskin, sempurna,
cacat, pandai dan bodoh. Sistim yang terdapat dalam adat Minangkabau.

297.     Nan condoang makanan tungkek, nan lamah makanan tueh.
Dalam adat manusia lemah harus dibimbing dan dibantu, lebih-lebih kaum
wanita, yang qudrat hayatinya lemah dari kaum lelaki.

298.     Nan landai batitih, nan condong baraiah, nan lamah baindiak.
Dilarang didalam adat orang yang memperlakukan si lemah semau-maunya.

299.     Nak mulia tapek-i janji, nak taguah paham dikunci.
Kalau ingin jadi orang yang dimuliakan selalu tepati janji, dan tidak suka
membuka rahasia.

300.     Nak tinggi naiak kan budi, nak haluih baso jo basi.
Kalau ditinggikan orang dalam masyarakat peliharalah budi, dan pakailah basa
basi.

301.     Nan salajang kudo balari, nan sahentak kuciang malompek.
Panjang rumah adat yang menjadi kebanggaan masyarakatnya.

302.     Nan basasok bajarami, nan bapandan bapakuburan, soko pusako kalau
tadalami, mambayang cahayo di-inggiran.
Mendalami ajaran adat Minang dan filsafatnya serta dapat diamalkan dalam
pergaulan akan menggangkat martabat kemanusianya.

303.     Nan tuo dihormati, nan ketek di sayangi, samo gadang baok bakawan.
Selalulah menghormati orang tua, lebih-lebih ibu dan bapak dan orang tua
umurnya dari kita, sayangi anak-anak, hormat menghormat sama sebaya.

304.     Nan suku babuah paruik, korong kampuang didalam jurai, dek urang tuo lah lamo hiduik, dunialah lamo inyo pakai.
Menghormati orang tua dari kita umurnya, bukan tergantung kepada ilmu dan
kepandaiannya saja, tetapi karena ketuaannya.

305.     Nagari bapaga undang, kampuang bapaga buek, tiokmlasuang ba ayam
gadang, salah tampuah buliah diambok.
Patuhilah norma-norma yang berlaku didalam masyarakat, karena setiap
masyarakat mempunyai normanya sendiri-sendiri.

306.     Niniak moyang di duo koto, mambuek barih jo balabeh, Bulek dek tuah lah sakato, nak tantu hinggo jo bateh.
Patuhilah keputusan bersama yang telah dibuat oleh pemuka kita, oleh
masyarakat dan sipembuat peraturan sendiri.

307.     Nan barek samo dipikua, nan ringan samo dijinjiang.
Didalam adat selalu dianjurkan agar setiap pekerjaan yang baik dikerjakan
secara bersama.

308.     Nan sakik iyolah kato, nan padiah iyolah rundiang. Dek tajam nampak nan luko, dek kato hati taguntiang.
Perkataan yang menyakiti lebih berbahaya dari pisau yang tajam.

309.     Nan sakik iyo lah kato, nan malu iyolah tampak.
Kata-kata yang berbisa, sama dengan rasa seseorang yang tahu harga dirinya
mendapat malu.

310.     Nan mudo biaso bimbang, manaruah rambang jo ragu, kalau batimbo ameh datang, lungga lah ganggam nan dahulu.
Meniru-niru kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian kita, akan
menghilangkan kemurnian kebudayaan sendiri dan kehilangan pegangan.

311.     Nan dikatokan kato pusako, iyolah kato undang-undang. Dek lamo tak
namuah lupo manjadi padoman pagi jo patang.
Bagi orang Minang yang memahami ajaran yang terkandung didalam adatnya,
tidak bisa diabaikan dan dilupakan, bahkan menjadi pegangan dan pedoman
dalam hidup.

312.     Nak elok lapangkan hati, nak haluih baso jo basi.
Agar menjadi orang baik dan disegani selalulah bersifat sabar, dan baik budi
bahasa.

313.     Nak luruih rantangkan tali, luruih bana dipacik sungguah.
Selalulah bersifat lurus dan tulus ikhlas dalam pergaulan, yakni selalu
bersifat benar dan jujur.

314.     Naiaklah dari janjang, turunlah dari tango.
Selalulah berbuat sesuai aturan dan undang-undang yang berlaku, menurut adat dan agama Islam serta pemerintah.

315.     Nanang saribu aka, haniang ulu bicaro, pikia palito hati, dek saba bana
mandatang.
Ketenangan dalam berpikir, menimbulkan aspirasi yang baik, dan kesabaran
mendatangkan kebenaran.

316.     Nak tahu digadang kayu caliak kapangkanyo, nak tahu digadang ombak caliak kapasianyo.
Kalau ingin menilai kebesaran atau kebaikan seseorang bergaullah dengan dia.

317.     Nan bak mananti aia ilia, nan bak manutuik manggih langkeh.
Seseorang yang mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin dapat diperolehnya.

318.     Nan bak banang dilando ayam, nan bak bumi diguncang gampo.
Suatu musibah yang datang menimpa dengan tiba-tiba, yang tidak diduga sama
sekali sehingga timbul kekacauan dan kepanikan.

319.     Nan elok dek awak katuju dek urang, sakik dek awak sakik dek urang.
Berbuatlah dalam segala perbuatan gerak dan perilaku yang disenangi oleh
orang banyak.









320.     Nan mudo pambimbiang dunia, nan capek kaki ringan tangan, acang-acang dalam nagari.
Pemuda harapan bangsa ditangan pemuda terletak maju mundurnya bangsa dimasa depan.

321.     Nak jan jauah panggang dari api, latakkan sasuatu ditampeknyo.
Agar suatu tindakkan dalam masyarakat tepat pada sasarannya maka serahkanlah sesuatu kepada ahlinya.

322.     Nan tahu dikayu tinggi alang, nan tahu diposo-poso ayam, nan tahu
dikili-kili banting.
Yang mengetahui diseluk beluk dan sifat masyarakat suatu negeri adalah para
cende- kiawan negeri tersebut.

=O=

323.    Ombak barayun manuju pantai, riak nyato manuju tapi. Indak guno jadi
rang pandai, kalau baulemu indak babudi.
Tak ada arti menjadi seorang pandai kalau tidak mempunyai budi pekerti,
karena hancur masyarakat karena kepandaiannya.

324.    Ombak ditantang manuju pulau, laia dikambang manantang angin.
Untuk mencapai suatu tujuan dan cita-cita senantiasa mengalami cobaan dan
rintangan

325.     Olok-olok mambao sansai, garah-garah jadi binaso.
Perbuatan dan tingkah laku yang tidak pada tempatnya, akan membawa akibat
yang merugikan.

326.     Olak olai rang basiang, sorak sorai rang karimbo.
Suatu kebiasaan diwaktu beramai-ramai bekerja, timbul kelakar dan gembira,
untuk kegairahan dalam bekerja.

=P=

327.    Pulau pandan jauah ditangah, dibaliak pulau angso duo, hancua badan
dikanduang tanah, budi baiak dikana juo.
Budi bukan hanya diingat sampai mati tetapi akan diperhitungkan dan diingat
dibalik lahad.

328.     Pisang ameh baok balaia, masak sabuah didalam peti, hutang ameh dapek dibaia, hutang budi dibao mati.
Hutang emas dan perak dapat dibayar tetapi hutang budi dibawa mati.

329.     Pucuak pauah sadang tajelo, panjuluak buah ligundi, nak jauah silang
sangketo, pahaluih baso jo basi.
Agar terjauh dari silang sengketa dalam pergaulan perbaikilah budi dan
bahasa, pakai sifat sopan dan santun.

330.     Pado pai suruik nan labiah, samuik tapijak indak mati, alu tataruang
patah tigo.
Kata kiasan terhadap pemuda pumudi Minang yang mempunyai ketenangan tetapi tegas dan bijaksana tentang ketangkasannya dan tinggi budinya.

331.     Padi disisiak jo hilalang, tapuang dicampua jo sadah.
Perbuatan kebaikan dicampur dengan perbuatan kejahatan.

332.     Padi ditanam padi tumbuah, lalang ditanam lalang tumbuah.
Kebaikan yang diperbuat oleh seseorang akan berbalas dengan kebaikan, begitu
juga sebaliknya.

333.     Padi dikabek jo daunnyo, batang ditungkek jo dahannyo.
Kebijaksanaan yang dipakai oleh seseorang didalam memimpin anak kemenakan, untuk menggongkosinya dicari suatu usaha.

334.     Papek dilua runciang didalam, talunjuak luruih kalingkiang bakaiek.
Sifat yang sangat tercela, mulut manis tetapi hati jahat, dan berbisa.

335.     Pikia palito hati, tanang hulu bicaro.
Pikiran yang mempunyai pertimbangan adalah penangkal lampu yang menerangi bagi hati, dan ketenangan akan mengeluarkan bicara yang berguna.

336.     Pilin kacang nak mamanjek, pilin jariang nak barisi.
Seseorang yang berusaha dengan cara yang tidak benar untuk mendapatkan
sesuatu.

337.     Panjeklah batang tinggi-tinggi, basuo pucuak silaronyo, kalilah urek
dalam-dalam basuo urek tunggang jo isinyo.
Seseorang yang benar-benar mendalami ajaran adat Minangkabau, dengan
menelaah kalimat demi kalimat dari filsafatnya, dia akan peroleh mutiara
berharga untuk kehidupan.

338.     Putiah manahan sasah, hitam manahan tapo.
Yang dikatakan kebenaran boleh tahan uji, asal orang yang waras semua
mengatakan benar.

339.     Padang gantiang baranah-ranah, kahilia jalan kapianggu, sasimpang jalan kasikabu Duduak samo randah tagak samo tinggi dalam adat Minangkabau.
Didalam ajaran adat manusia tidak berkasta, tetapi yang membedakan budi dan
jabatan yang dipilih bersama.

340.     Pulai batingkek naiak, maninggakan ruweh jo buku, manusia batingkek
turun, maninggakan barih jo balabeh
Setiap pribadi menurut ajaran adat Minangkabau haruslah berusaha
meninggalkan jasa yang baik terhadap anak cucu dan masyarakat.

341.     Partamo banamo Minang, Minangkabau namo kaduo, nan kayo mandi baranang, nan bansaik bandi batimbo.
Didalam menghadapi kerja bersama haruslah ikut serta setiap orang menurut
kemampuannya masing-masing untuk pengorbanan

342.     Partamo cupak usali, kaduo cupak buatan. Kalau dulu disasali manjadi
tuah panda- patan.
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.

343.     Patah de mamapek, maja de mangilia, dek harum talalu angik.
Sesuatu pekerjaan yang dikerjakan, atau pengajaran terhadap seseorang
terlalu melampaui batas hingga tidak mencapai hasil yang diharapkan.

344.     Pucuak dicinto ulam tibo, sumua dikali aia dapek.
Seseorang yang mencinta sesuatu yang dirindukan tiba-tiba datang dengan
segera.

345.     Panakiak pisau sirauik, ambiak galah batang lintabuang, silodang ambiak kaniru, satitiak jadikan lauik, nan sakapa jadikan gunuang alam takambang jadi guru.
Adat Minangkabau dipelajari oleh nenek moyang dahulunya, dari ketentuan alam terkembang jadi guru.

346.     Partamo lareh nan tinggi, kaduo lareh nan bunta, kalau tak pandai kito
mambimbiang indak katantu sah jo bata.
Bagi seorang bapak/mamak di Minangkabau kalau tidak memberikan bimbingan
sungguh-sungguh terhadap anak kemenakan, tidaklah diketahuinya sah dan
batal.

347.     Pandai mangulai ambuang-ambuang, bak umpamo gulai kincuang, baunnyo maimbau imbau, tapi rasonyo amba sajo.
Seseorang yang senantiasa berjanji muluk, tetapi sekalipun tidak terpenuhi.

348.     Pangka kusuik ujuang bakaruik, ikua kupiak kapalo randah.
Seseorang yang selalu bersifat ragu dan engan karena kurang pengetahuan dan
pengecut.

349.     Pandai batanam tabu dibibia, pandai baminyak aia.
Orang yang selalu bermulut manis, tetapi di hatinya bersarang dengki dan
kianat.

350.     Pusek jalo kumpulan ikan, pucuak usah tarateh, urek ijan taganjak.
Pimpinan seperti ibu dan bapak, guru, merupakan tumpukan dari segala contoh
baik dan buruk bagi anak-anaknya.

351.     Pasa jalan dek batampuah, lanca kaji dek ba ulang.
Pengetahuan didapat dengan dipelajari, untuk lebih praktis harus diamalkan
dalam kehidupan.

352.     Pandai karano batanyo, tahu karano baguru.
Pengetahuan diperdapat karena belajar, pendidikan dan banyak bertanya kepada
orang yang tahu.



353.     Panjang namuah dikarek senteng namuah dibilai, singkek namuah diuleh, kurang namuah ditukuak.
Sebaik-baik manusia mau menerima nasehat dari pada orang lain dan menggakui kelemahannya.

=R=

354.    Rarak kalikih dek minalu, tumbuah sarumpun jo kayu kalek. Kok habih raso jo malu bak kayu lungga pangabek.
Kalau rasa malu telah hilang dari manusia, maka manusia itu sulit untuk
diarahkan kepada kebaikan, dan sulit untuk menyusun masyarakat.

355.     Ratak indak mambao caro, rannyuak nan indak mambao hilang.
Persengketaan dalam rumah tangga dan keluarga, jangan mengakibatkan putusnya hubungan kekeluargaan.

356.     Rumah tampak jalan indak tantu, angan lalu faham tatumbuak.
Seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu, tetapi tidak mendapat jalan dan
pengetahuan untuk mencapainya.

357.     Raso aia kapamatang, raso minyak kakuali, nan bakabek rasan tali, nan
babungkuih rasan daun.
Seseorang yang mempunyai hubungan kekeluargaan, sedarah, sekampung,
senagari, senegara, dia akan selalu berpihak dalam pembelaan keluarga.

358.     Rumah indak batungganai, kappa nan indak banangkodoh.
Masyarakat atau keluarga yang tidak mempunyai pemimpin, sama halnya seumpama kapal tanpa nakhoda.

359.     Rumah gadang bari bapintu, nak tarang jalan kahalaman, kalau dikumpa saleba kuku jikok dikambang saleba alam.
Ajaran adat Minangkabau akan dapat dimamfaatkan untuk mengatur masyarakat, semenjak dari yang kecil seperti keluarga, sampai kepada yang lebih besar seperti negara dan dunia.

360.    Riwayaik jambi lah tasabuik, panjang tajelo disilukah, barih balabeh
mangkonyo cukuik, sampai ka hulu baru sudah.
Ajaran adat Minangkabau dengan segala persoalannya dapat dipahami apabila didalami. Adat sebagai kebudayaan dan adat sebagai budi pekerti.

361.     Rupo mangatokan harago, kurenah manunjuakan laku, walau nan lahia tampak dek mato, nan bathin tasimpan dalam itu.
Kalau dipelajari ajaran adat yang dihimpun dalam pepatah petitih, mamang dan bidal, mengandung arti lahir dan bathin.

362.     Raso dibaok naiak, pareso dibaok turun.
Pembinaan pribadi yang baik hendaklah dimulai dalam lingkungan anak
kemenakan.

363.     Raso kabarek dilapehkan, raso kasulik dielakkan, bak cando mangganggam baro.
Seseorang yang tidak bertanggung jawab kepada tugas dan kewajibannya.

=S=

364.    Surang makan cubadak, sadonyo kanai gatahnyo, saikua kabau bakubang sakandang kanai luluaknyo.
Sesuatu perbuatan yang tercela menurut adat dan agama di Minangkabau yang
dikerjakan oleh seorang anggota masyarakat, maka malu dirasakan ole seluruh
anggota kaum yang lain.

365.     Sio-sio- nagari alah, kalau cilako utang tumbuah.
Pekerjaan yang sia-sia dan berbahaya akan mengakibatkan kerugian bersama,
berbuat salah mengakibatkan terjadinya hutang.

366.     Sayang di anak dilacuti, sayang di kampuang ditinggakan.
Kalau sayang kepada anak jangan dibiarkan dia mengerjakan yang tidak baik,
harus dimarahi. Kalau cinta sama kampung harus ditinggalkan untuk mencari
pengetahuan untuk disumbangkan akhirnya kelak.

367.     Sadang manyalam minum aia, sadang badiang nasi masak.
Sesuatu pekerjaan yang dapat dikerjakan sambil lalu, dengan tidak mengurangi
kepada pekerjaan yang sedang dilakukan.

368.     Senteang bilai mambilai, panjang karek mangarek.
Hendaklah memberikan pertolongan kepada teman yang sedang dalam kesusahan, dan memberi nasehat kalau dia terlanjur.

369.     Satitiak jadikan lauik, sakapa jadikan gunuang.
Berusahalah dengan dasar pengetahuan yang ada untuk melanjutkan mencapai
pengetahuan yang lebih tinggi.

370.     Suri tagantuang ditanuni, luak taganang kito sauak.
Tentang ajaran adat yang secara mutlak dilaksanakan, tanpa dimusyawarahkan.

371.     Sakalam kalam hari sabuah bintang bacahayo juo.
Tidak seluruh orang keluar dari garis kebenaran, sekurang-kurangnya satu
orang ada yang menegakkannya.

372.     Sabanta sakalang hulu, salapiak sakatiduran.
Dua orang berteman secara akrab yang sulit untuk dipisahkan.

373.     Sandi banamo alua adat, tonggak banamo kasandaran.
Hikmah rumah adat di Minangkabau, yang sendinya kebenaran bersama, sandaran kuat hukum adatnya.

374.     Sasiuak namuah ka api, salewai namuah ka aia.
Seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang tidak baik.

375.     Satali pambali kumayan, sakupang pambali katayo, sakali lancuang
kaujian, salamo hiduik urang indak picayo.
Haruslah bersifat jujur dan benar dalam pergaulan, kalau kelihatan
kecurangan satu kali selamanya orang tidak percaya lagi.

376.     Syarak banamo lazim, adat nan banamo kewi, habih tahun baganti musim, buatan nan usah diubahi.
Bagaimanapun kesulitan yang dihadapi, kesengsaraan yang dialami, tetapi
keputusan bersama jangan dirobah.

377.     Siang manjadi tungkek, malam manjadi kalang.
Hendaklah pegang dan amalkan setiap pelajaran yang baik dan nasehat orang
tua.

378.     Sungguahlah kokoh adat Minang, mambuek adat jo limbago, malangnyo panjajah datang, rusaklah adat dibueknyo.
Adat Minang yang kuat dan kokoh dulunya telah banyak dirusak oleh penjajah
dizaman lampau.

379.     Satuntuang tabu dek ulek, satuntuang sajo kito buang.
Seorang berbuat salah jangan semua keluarga dibencii.

380.     Sirauik tajam batimba, tak ujuang pangka manganai, sudu-sudu batimba jalan, ditakiak kanai gatahnyo. Kalauik tuah takaba, bumi jo langik nan mananai. Duduak dikampuang jan umbilan, kandang buek tumpuan tanyo.
Seharusnya setiap orang Minangkabau mengetahui tentang seluk beluk filsafat
adatnya, karena semua bangsa mengenal keunikan adat Minangkabau itu,
terutama tentang sistim kekerabatannya dan matrilinialnya.

381.     Siriahlah pulang kagagang, pinanglah suruik katampuaknyo. Karih baliak kasaruangnyo, baju tasaruang ka nan punyo, ameh pulang katambangnyo.
Suatu benda berharga yang sudah lama tidak ditemui, sekarang kembali kepada
yang empunya semula, seperti merebut tanah air dari tangan penjajah, sampai
kita merdeka.

382.     Sadang baguru kapalang aja, lai bak bungo kambang tak jadi. Kunun kok dapek dek mandangga, tidak didalam dihalusi.
Setiap menuntut pengetahuan jangan putus ditengah, dan kurang mamfaatnya
dengan mendengar saja, kalau dibandingkan dengan belajar sesungguhnya.

383.     Sabab karano dek baitu, tumbuahlah niaik dalam hati, nak manuruik tambo nan dahulu sajarah adat nan usali.
Kalau ajaran adat telah dapat dipahami kemana masyarakat hendak dibawa oleh
ajaran adat itu maka akan timbullah hasrat untuk mendalamnya.

384.     Sangajo guno diuraikan, kahadapan nan basamo, untuak nak samo
dipikiakan, nak samo dirunuak nan tujuan.
Penggugah hati para pembaca terutama putra Minang untuk mendalami filsafat adatnya.



385.     Satinggi-tinggi malantiang, mambubuang ka awang-awang, suruiknyo
katanah juo. Sahabih dahan jo rantiang, dikubak dikulik batang, tareh
panguba barunyo nyato.
Adat Minangkabau tidak akan bisa dipahami secara baik, apalagi untuk
dihayati dan diamalkan tanpa mendalami sungguh-sungguh.

386.     Santan babaleh jo tubo, nikmat babaleh jo sansaro.
Kebaikan yang pernah diberikan seseorang kepada orang lain, tetapi
balasannya dengan yang buruk.

387.     Saumpamo aua jo tabiang, umpamo ikan jo aia.
Pergaulan yang baik saling bantu membantu dan kuat menguatkan, dan saling
membutuhkan.

388.     Sikujua baladang kapeh, kambanglah bungo karawitan. Kok mujua mandeh malapeh bak ayam pulang kapautan.
Setiap orang pergi merantau mengharapkan kehidupan yang baik dan pendapatan yang akan dibawa kekampung halaman.

=T=

389.    Tak lakang dek paneh tak lapuak dek hujan, dianjak tak layua, dibubuik
tak mati.
Kebenaran yang dikandung oleh Adat Minangkabau, karena ajarannya bersumber dari ketentuan alam yang disusun jadi pepatah yang senantiasa kebenarannya tidak dapat dibantah.

390.     Tabujua lalu tabalintang patah.
Untuk mempertahankan kebenaran hendaklah dengan kegigihan yang
sungguh-sungguh.

391.     Tarandam-randam indak basah, tarapuang-apuang indak hanyuik.
Sesuatu perkara yang tidak jelas duduknya, selesai tidak diusutpun tidak.

392.     Tak ujuang pangka mangganai, saragi baliak batimba.
Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan alat-alat yang lengkap, yang dapat dipakai serba guna.

393.     Tasingguang kanai miangnyo, tagisia kanai rabehnyo.
Kesalahan yang dibikin oleh seseorang, merembet-rembet kepada orang lain.

394.     Tak siriah pinang mamalan, tak pasin anguakpun tibo.
Seseorang yang pandai mengikat seseorang dengan suatu perhitungan.

395.     Tak laju bandiang mamacah, tak lalu dandang di aia, digurun ditajakkan juo.
Seseorang yang berpikiran jahat kepada orang lain, dia selalu berusaha untuk
melaksanakan dimana dan kapan saja.

396.     Tatungkuik samo makan tanah, tatilantang samo minum ambun, tarapuang samo hanyuik, tarandam samo basah.
Kerja sama yang baik dalam masyarakat, kesatuan hati dan pikiran, kesatuan
pendapat dan gerak adalah pokok utama.

397.     Titiak buliah ditampuang, maleleh buliah dibaliak.
Hasil kerja sama yang baik ini akan dapat dinikmati bersama oleh orang
banyak.

398.     Tagak indak tasundak, malenggang indak tapampeh.
Seseorang pemimpin yang punya wewenang penuh dan wibawa.

399.     Talalok talalu mati, manyuruak talalu hilang.
Seorang pandai yang meinsulirkan diri dari masyarakat dan tak ingin
bertanggung jawab.

400.     Tinggi lonjak gadang galapuah, nan lago dibawah sajo.
Sifat seseorang yang senantiasa segala pandai dihadapan orang yang tak tahu,
tetapi sebenarnya kosong belaka.

401.     Tampek bagantuang nan lah sakah, bakeh bapijak nan lah taban.
Kehilangan orang yang akan membimbing dan membela, sianak kehilangan
ayahnya.

402.     Talangkang carano kaco, badarai carano kendi, padi nan samo rang
gantangkan. Bacanggang karano budi, bacarai karano baso, itu nan samo rang pantangkan.
Berpisah dan berpecah hati satu dengan yang lain akibat budi telah rusak dan
karena kurang sopan sangat tidak di ingini dalam adat Minangkabau dalam
bergaul dengan siapa saja.

403.     Hiduik batungkek batang bodi, mati bapuntiang ditanah sirah. Jikok
pandai bamain budi, dalam aia badan indak basah.
Dalam pergaulan kalau budi selalu diamalkan dan menjadi perhatian terhadap
diri dan orang lain, keuntungannya sangat banyak sekali.

404.     Taparosok kudo kabanda, bari baganto kapalonyo. Elok rundiangan kato babana, supayo sagalonyo elok balaku.
Lebih baik dalam hidup bergaul suka berterus terang, dari pada memakai sifat
tidak jujur.

405.     Tambo sapantun bungka jalo, tuangan amuahnyo hilang, tapi pusako lamo baitu juo.
Adat sebagai kebudayaan mungkin berobah, dari yang kurang kepada yang lebih sempurna, tetapi budi akan tetap seperti semula.

406.     Tungku nan tigo sajarangan, tali nan tigo sapilin.
Tiga aturan di Minangkabau yang harus ditaati oleh masyarakat, yakni Adat,
Syarak dan Pemerintah.

407.     Tumbuah dicupak dililisi, tibo diundang dikurasai, kalau takilan dalam
hati, lah patuik kini dikurasai.
Ketiga-tiga aturan yang berjalin menjadi satu dalam diri orang Minangkabau,
perlu sama-sama diperdalam dan dipelajari.

408.     Talangkah suruik, sasek kumbali, baitu faham handaknyo, kato rang tuo indak dituruik binaso badan kasudahannyo.
Segala nasehat dan pelajaran yang baik dari orang tua harus dituruti kalau
tidak kita sendiri akan binasa.

409.     Tiok nagari basuku-suku, nan suku babuah paruik, kato adaik mangko
baitu,urang tuo lah lamo hiduik.
Ajaran adat menekankan yang demikian karena orang tua hidupnya telah lama,
pengalamannya telah banyak.

410.     Tunggau disubarang lautan nampak, gajah dipalupuak mato indak
kalihatan.
Seseorang yang tahu menyalahkan orang lain, tetapi lupa melihat kesalahannya
sendiri.

411.     Tak sio-sio tampuo basarang randah, kalau indak ado ba-ado.
Jangan disangka sesuatu yang dibiarkan begitu saja nampaknya, tetapi pasti
ada orang yang mengangawasinya.

412.     Tagisia labiah bak kanai, tasingguang labiah bak jadi.
Seseorang yang dalam perasaannya, dan jauah jangkauan pikirannya terhadap
kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi.

413.     Tasisiah atah jo bareh, basibak kumpai jo kiambang.
Dalam duduk bersama akan nyata bedanya antara orang berpengetahuan dan
ber-ilmu dari pada orang yang tidak berpengetahuan.

414.     Tabik pantang tarubah, biaso jadi parangai, lah tuo jadi pakaian.
Sifat yang baik dan buruk kalau telah dibiasakan semenjak kecil akan
berbekas sampai dihari tua.

415.     Tibo dikandang kabau manguek, tibo dikandang kambiang mambebek,
dikandang bantiang malanguah.
Setiap kita harus pandai menyesuaikan diri dimana saja kita berada, dengan
mengetahui adat istiadat setempat.

416.    Tak baban batu digaleh, umua habih jaso indak ado.
Seseorang yang mengerjakan pekerjaan yang tidak mendatangkan hasil.

417.    Tunjuak luruih kalingkiang bakaik, papek dilua runciang didalam.
Orang yang selalu bermuka baik dan bermulut manis tetapi hatinya busuk dan
dengki.

418.     Taranbau diimpik janjang, lah seso sansaro tibo.
Seseorang yang mendapat kesengsaraan yang datang bertubi-tubi.

419.     Tangsi curup muaro aman, lebong dibukak dek maskapai. Bundo kanduang taguahkan iman, malapeh anak dagang sansai.
Kata-kata pantun seorang anak diwaktu hendak berpisah dengan kampung
halaman.



 
=U=

420.    Ukua jo jangko kok indak tarang, susunan niniak moyang kito. Dek rancak kilek loyang datang, intan disangko kilek kaco.
Kebudayaan asli akan dikalahkan setidak-tidaknya akan dipengaruhi oleh
kebuda yaan asing, kalau kiranya tidak mencintai dan mengamalkan kebudayaan sendiri.

421.     Urang tuo saundang-undang, panghulu sabuah hokum, candiko pandai
batenggang, budiman sifat panyantun.
Sifat yang harus dimiliki oleh orang tua da pemimpin, cendekia dan para
budiman.

422.     Uraian barih jo balabeh, sahinggo durian ditakuak rajo, supayo budi samo marateh, usaho galian dek basamo.
Untuk kembali kebudayaan menjadi kecintaan dan penghayatan masyarakat, perlu kerja sama yang baik semua pihak.

423.     Umpamo jawi balang puntuang, didulukan inyo manyipak, dikamudiankan inyo mananduak.
Sifat seseorang yang tidak baik, mau menang sendiri, yang tidak memikirkan
keselamatan orang lain, yang jadi persoallan baginya selalu dia kemukakan,
sedang dia tidak mempunyai kemampuan.

424.     Umpamo kancah laweh arang, umpamo tabu saruweh.
Seseorang suka bicara tanpa memikirkan orang lain tersinggung, banyak bicara
tapi tidak bisa kerja.

425.     Urang pambagih gadang hutang, urang pandareh lakeh kanai, urang pancameh mati jatuah, urang pandingin mati hanyuik.
Sifat dalam bertindak dan berbuat tanpa dipikirka semasak-masaknya selalu
tergesa gesa, menemui akibat yang tidak baik.

426.     Urang pamanggok lapa paruik, urang parentak gadang kanai.
Seseorang yang mudah tersinggung, dan pemarah juga sifat yang harus
dihindarkan.

427.     Usua samo dipamain, cabua samo dibuang.
Setiap kejadian harus diselidiki lebih jauh dan dihindarkan membuat kerja
cabul.

428.     Undang-undang nan duo baleh, ganti tuladan dek panghulu, itulah suri nan tarantang Cupak kok dipapek rang mangaleh, jalan kok diasak rang lalu, tikamkan karih nan dipinggang.
Kebudayaan asli bangsa harus kita pertahankan dengan segala tenaga dan
kekuatan yang ada walau dengan nyawa sekalipun.

429.     Urang Makkah mambao taraju, urang Bagdad mambao talu, dimakan bulan puaso. Rumah gadang basandi batu, adat basandi dengan alua, itulah kaganti rajo.
Ajaran Adat Minangkabau dikiaskan dengan kenyataan, seperti rumah bersendi
batu kuat dan kokoh dan bersendi alur atau kebenaran yang tidak ada
bandingannya yakni ( Syarak ).

430.     Ula lalok nan usah dijagokan, aia nan tanang usah dikaruahi.
Janganlah berbuat pekerjaan yang sia-sia dan berbahaya, dan menimbulkan
kekeru- han dalam masyarakat.

431.     Umua panjang batungkek sabuak, usah takasiah dalam hiduik.
Pikirkanlah ekonomi dan kesayangan orang dihari tua, jangan bersifat boros
dalam hidup.

432.     Usang-usang dibarui, lapuak-lapuak dikajangi.
Adat sebagai kebudayaan dan sebagai budi pekerti, terus dikembangkan dan
dibina.



TAMBAHAN
Hidup jauh di rantau, apakah sanak masih takana jo petatah-petitih Minang? Beberapo ambo tulis ulang di siko:
Adat basandi syarak,
syarak basandi Kitabullah
syarak mangato, adat mamakai
camin nan indak kabua
palito nan indak padam

Adat bersendikan agama,
agama bersendikan Kitabullah,
agama mengatakan adat memakai,
cermin yang tidak kabur,
pelita yang tidak padam

Gadang jaan malendo
panjang jaan malindih.

Besar jangan melanda
panjang jangan melindih

Barek samo dipikua
ringan samo dijinjiang
ka bukik samo mandaki
ka lurah samo manurun
tatungkui samo makan tanah
tatilantang samo minum ambun
ka mudiak saantak galah
ka hilia sarangkuah dayuang
maelo karajo jo usao
mairik parang jo barani

Berat sama dipikul
ringan sama dijinjing
ke bukit sama mendaki
ke lurah sama menurun
tertelungkup sama makan tanah
tertelentang sama minum embun
ke mudik sehentak galah
ke hilir serangkuh dayung
menghela kerja dengan usaha
menghela perang dengan berani

Budi jan tajua,
paham jan tagadai
nan kayo iyolah kayo di budi
nan mulieh ilyolah mulieh di basa

Budi jangan terjual
paham jangan tergadai
yang kaya ialah budi
yang mulia ialah basa-basi

Condong mato ka nan rancak
condong salero ka nan lamak
rancak di awak
katuju di urang

Condong mata pada yang bagus
condong selera pada yang enak
bagus untuk kita
disukai oleh orang lain juga